PEMBAHASAN
A.
Konsep IPS
Dalam
bukunya yang berjudul Konsep Dasar dan Pengembangan IPS-SD, Abraham Nurcahyo
(2010:1) menjelaskan pendidikan IPS menurut para ahli, diantaranya adalah
pendapat dari Soemantri (2001:3) yang mengemukakan bahwa Pendidikan IPS memilih
bahan pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis. Menurut Al Muchtar
(2001:32), Pendidikan IPS merupakan pengorganisasian berbagai macam ilmu sosial
dan kegiatan-kegiatan dasar manusia dengan segala masalah yang disajikan secara
ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.
Sedangkan menurut S. Nasution
mengutip Max Helly (1989:60-63) menjelaskan bahwa Pendidikan IPS adalah suatu
program pendidikan yang pada intinya membahas manusia dalam lingkungan alam
fisik maupun lingkungan sosialnya. Akan tetapi, Lasmawan (2008) memberikan
penjelasan bahwa pendidikan IPS adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat
sintesis. Kemudian Ohlsen (dalam Vembriarto, 1979) mengemukakan bahwa pendidikan
IPS merupakan keterpaduan dari berbagai ilmu sosial, termasuk geografi,
sejarah, dan kewarganegaraan. Demikian pula dengan Kenworthy (1973) menegaskan
bahwa pada kenyataannya ilmu ekonomi, sosiologi, antropologi, geografi, ilmu
politik, sejarah, psikologi adalah ilmu yang masuk dalam pendidikan IPS. Berdasarkan
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan IPS adalah suatu ilmu yang
sumber belajarnya didasarkan pada ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang disajikan
dan ditampilkan dalam bentuk ilmiah dan psikologis untuk tujuan proses
pendidikan.
Sebenarnya,
pendidikan IPS merupakan pendidikan yang menyederhanakan materi ilmu-ilmu
sosial yang bertujan untuk pembelajaran di sekolah. Menurut Abraham (2010:3)
menyebutkan karakteristik mata pelajaran IPS antara lain adalah sebagai
berikut:
1. IPS merupakan gabungan
dari berbagai cabang ilmu sosial, diantaranya geografi, ekonomi, sejarah, hukum
dan politik (Soemantri, 2001).
2. Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar dalam pelajaran IPS berasal dari cabang ilmu yang dimilikinya,
dan kemudian dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi tema atertentu dalam
materi pembelajaran.
3. Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar dalam pelajaran IPS menyangkut berbagai masalah sosial yang
dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
4. Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar menyangkut perubahan dan peristiwa kehidupan masyarakat dengan
prinsip-prinsip tertentu (Daldjoeni, 1981).
5. Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami
fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.
Membahas
tentang Ilmu Pengetahuan Sosial atau biasa disebut dengan IPS, pembelajaran ini
memilki beberapa tujuan. Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial, para ahli
sering mengaitkannya dengan berbagai cara pandang dan berbagai penekanan dari
program pendidikan tersebut. Gross (1978 dalam buku Cooperative Learning, yang
ditulis Etin Solihatin 2005:14) menyebutkan bahwa tujuan Pendidikan IPS adalah
untuk mempersiapkan para generasi mudauntuk menjadi masyarakat dan warga negara
yang baik dalam kehidupan masyarakat.
Selain
itu, pendidikan IPS memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan untuk
penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya. Selain
itu, Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan
lingkungannya. Lingkungan masyarakat di mana anak didik tumbuh dan berkembang
sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada.
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi
bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat,
minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pada
sumber yang berbeda, Abraham (2010:6) menyebutkan tujuan pendidikan IPS pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:
1. Knowledge, membantu siswa belajar tentang dirinya sendiri
dan lingkungannya.
2. Keterampilan, mencakup
keterampilan berpikir tentang permasalahan yang terjadi.
3. Attitudes (sikap), dikelompokkan menjadi dua yaitu sikap
yang diperlukan untuk tingkah laku berpikir dan tingkah laku sosial.
4. Value, dalam hubungan ini adalah nilai yang terkandung dalam
masyarakat yang didapatkan dari lingkungan masyarakat sekitar maupun lembaga
pemerintahan.
Mempelajari
kehidupan manusia dalam masyarakat dengan berbagai aspek tidak dapat dipisahkan
seperti ilmu-ilmu sosial yang membahas dari berbagai sudut pandangnya, seperti
sejarah, geografi, psikologi, ekonomi, dan politik. Begitu banyak ilmu-ilmu
sosial yang tercakup dalam Pendidikan IPS tidak berarti bahwa pendidikan IPS
merupakan penjumlahan dari bermacam-macam ilmu sosial tersebut, namun suatu
pembelajaran tentang hubunga manusia dengan alam lingkungan yang lain, serta
membantu siswa mengembangkan kompetensi dan sikap menjadi warga negara dalam
masyarakat dengan menggunakan bahan dari berbagai ilmu sosial untuk memahami
masalah-masalah sosial.
Ditinjau
dari aspek-aspeknya, ruang lingkup IPS meliputi hubungan sosial, ekonomi,
psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi dan politik. Ditinjau kelompoknya
meliputi keluarga, RT, RW, ormas sampai ke tingkat desa, lokal, nasional,
regional, dan global.
Model
pembelajaran Pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan
pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencekoki siswa
dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada
upaya agar mereka memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat
lingkungannya, serta sebagai bekal hidup bagi dirinya untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi
dari Pendidikan IPS.
B.
Karakter Siswa Kelas
Tinggi
Dari sumber internet yang diposting oleh Pakde Sofa, karakteristik
siswa sekolah dasar antara lain :
1.
Pertumbuhan Fisik atau Jasmani
a) Perkembangan
fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak
tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama
pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan
yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan,
perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.
b)
Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang
berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi,
lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik
akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
c)
Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak.
Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan
atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak.
d)
Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang
sering kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan
(mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu
memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan
kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana.
a)
Perkembangan intelektual anak sangat bergantung pada berbagai faktor
utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan
orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang
dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif
dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.
b)
Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan
jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru
di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat
berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.
c)
Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan
kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak
dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya
tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan
emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena
terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka
menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga
dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak.
d)
Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali
bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional
anak.
e)
Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang
tua dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya
dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut
orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat
menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat
perkembangan mental dan emosional anak.
f)
Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran
orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali
timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak
biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai
menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar
kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta
berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai
aktivitas dalam masyarakat.
3. Perkembangan Bahasa
Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 – 5 bulan. Orang tua yang
bijak selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang
sederhana sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan
bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan
pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang tua membimbing anaknya.
Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan,
(b) sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina
hubungan sosial, (d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e) untuk
dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk mempengaruhi
perilaku orang lain.
Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a)
kematangan alat berbicara, (b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik
untuk dicontoh oleh anak, (d) kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk belajar
dan berlatih dan (f) bimbingan dari orang tua.
Di samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat gangguan
perkembangan berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng, (b) anak sulit
memahami isi pembicaraan orang lain.
a)
Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan
juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat,
dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan keterampilan
anak dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada
ajak apabila berbuat atau berperilaku yang positif.
b)
Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu
yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud
agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam
masyarakat luas.
c)
Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan,
(b) memberikan motivasi kepada anak, (c) memperkuat perilaku dan (d) memberikan
dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi.
d)
Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah: (a) fungsi
restruktif, (b) fungsi pendidikan, (c) sebagai penguat motivasi.
e)
Syarat pemberian hukuman adalah: (a) segera diberikan, (b) konsisten,
(c) konstruktif, (d) impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak
melainkan kepada perbuatannya, (e) harus disertai alasan, (f) sebagai alat
kontrol diri, (g) diberikan pada tempat dan waktu yang tepat.
Masa
usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang berumur antara 6-12
tahun. Masa tersebut ditandai dengan anak masuk dalam bangku sekolah dasar, dan
dimulai sejarah baru dalam kehidupannya yang akan mengubah sikap dan
perilakunya, dimana anak memasuki lingkungan sosial yang lebih luas. Masa usia
sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian
bersekolah. Pada masa ini anak-anak relatif mudah di didik daripada masa
sebelum dan sesudahnya. Usia sekolah
dasar dibagi menjadi dua kategori, yaitu siswa kelas rendah ( 1, 2, 3 ) dan
siswa kelas tinggi ( 4, 5, 6 ).
Masa
kelas tinggi sekolah dasar berkisar 9,0 atau 10,0 sampai 12,0 atau 13,0 tahun.
Siswa di usia ini memiliki sifat-sifat yang khas, antara lain:
1. Adanya minat terhadap
kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit, hal tersebut menimbulkan
kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan yang praktis.
2. Realistik, ingin
mengetahui dan ingin belajar.
3. Adanya minat terhadap
hal-hal atau mata pelajaran khusus, atau bakat-bakat khusus yang mulai
ditonjolkan oleh anak.
4. Sampai usia 11 tahun,
anak membutuhkan guru atau orang dewasa untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi
keinginannya. Setelah umur ini berlalu, pada umumnya anak akan bias
menyelesaikan tugasnya sendiri.
5. Anak memandang nilai (
angka raport ) sebagai ukuran prestasi sekolah.
6. Anak-anak senang
membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama-sama. Dalam permainan itu
biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan permainan yang sudah ada, tetapi
mereka membuat peraturan sendiri.
Masa
keserasian bersekolah diakhiri dengan suatu masa yang biasanya disebut peoral. Sifat khas anak-anak pada masa
ini yaitu
1. Ditunjukkan oleh sikap,
tingkah laku dan perbuatan berkuasa, yang diidam-idamkannya adalah si kuat, si
juara.
Ekstraversi: berorientasi keluar dirinya,
misalnya mencari teman sebaya. Pada masa ini dorongan untuk bersaing sangat
besar, oleh karena itu disebut masa “compettive
socialize
C.
Metode Pembelajaran
Banyak
sekali metode-metode pembelajaran yang menarik yang dapat diterapkan dalam
proses kegiatan belajar sekarang ini. Metode itu sendiri adalah jalan yang
harus dilalui atau cara untuk melakukan sesuatu atau prosedur (Nasution, 1995:2
dalam buku Asmani, 2011:19) sedangkan dalam bahasa Arab, metode bisa bermakna “Minhaj, al-Wasilah, al-Kaifiyah,
al-Thariqah”. Semua kata ini mempunyai makna yang sama yaitu jalan atau
cara yang harus ditempuh (Asnely, 1995:30 dalam buku Asmani, 2011:19). Menurut
para ahli pendidikan, misalnya Winkel, menyebut metode dengan istilah prosedur
didaktik. Sedangkan Abdul Ghafur menggunakan istilah strategi dengan instruksional.
Sementara itu, James K. Phopan
mengistilahkannya dengan transaksi dan Mudhofir mengistilahkannya denga
pendekatan (Sunhaji, 2009:37 dalam buku Asmani, 2011:19). Dalam penjabaran
diatas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang digunakan oleh guru
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Metode
pembelajaran memiliki fungsi untuk menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi
lebih aktif dan bervariasi. Siswa juga tidak mudah jenuh karena guru memakai metode
pembelajaran yang beragam dan menarik.
Manfaat
dari metode pembelajaran diantaranya adalah pengetahuan yang di dapat siswa
dapat terserap dengan baik berkat metode pembelajaran yang menarik dan
variatif.
Menurut
Hamalik (1986) yang diposting oleh Abdul Ghofur bahwa media dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan
minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran
data, dan memadatkan informasi.
Dalam
pembelajaran, terdapat bermacam-macam metode. Jamal Ma’mur Asmani dalam bukunya
7 Tips Aplikasi PAKEM (2011:32) menyebutkan macam-macam metode, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah
adalah metode yang boleh dikatakan sebagai metode yang tradisional, karena
metode ini merupakan metode dasar yang selalu dilakukan oleh guru dalam proses
pembelajaran.
Metode ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode ceramah adalah memudahkan
guru untuk menguasai kelas, kegiatan belajar mengajar mudah dilaksanakan, dapat
diikuti anak didik dalam jumlah besar, dan guru mudah menerangkan bahan
pelajaran dalam jumlah banyak.
Sedangkan
kekurangan metode ceramah membuat kegiatan pengajaran menjadi verbalisme
(pengertian kata-kata), dapat merugikan anak didik yang sulit menagkap bahasa
secara verbal, bila pembelajaran dilakukan terlalu lama dapat membuat anak
menjadi bosan, sukar mengontrol sejauh mana perolehan belajar anak didik, dan proses
pembelajaran membuat anak didik menjadi pasif.
2. Metode Proyek
Metode
proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari yang digunakan sebagai bahan
pelajaran, dengan begitu dapat membuat anak tertarik untuk belajar.
Kelebihan
dalam metode ini dapat merombak pola pikir siswa dari pemikiran mereka yang
sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dan diharapkan dapat memecahkan
masalah yang dihadapi mereka dalam kehidupan sehari-hari, selain itu siswa dapat
dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dengan terpadu, dan diharapkan dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu,
metode ini juga memiliki kekurangan, diantaranya adalah kurikulum yang berlaku
di negara kita belum menunjang pelaksanaan metode ini, dan organisasi bahan
pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sulit untuk dilakukan dan
memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan banyak guru yang belum
disiapkan untuk metode ini. Dalam metode ini memerlukan topik unit yang tepat
sesuai kebutuhan anak didik, memiliki sumber belajar yang diperlukan serta
mempunyai banyak fasilitas dalam penggunaan metode ini dan bahan pelajaran
sering menjadi luas sehingga dapat memperluas atau mengaburkan pokok
pembelajaran yang sedang dibahas.
3. Metode Eksperimen
Metode
eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik, baik
perorangan maupun kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses mauoun
percobaan. Metode ini, mengharapkan anak didik sepenuhnya dapat terlibat dalam
perencanaan eksperimen, menemukan fakta, melakukan dan memecahkan masalah yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Metode eksperimen memiliki kelebihan yaitu dapat membuat
anak lebih percaya diri atas kebenaran berdassarkan percobaannya sendiri
daripada hanya menerima pengetahuan dari guru ataupun buku, serta mampu
mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi tentang ilmu dan
teknologi, serta dapat membina manusia yang mampu membawa terobosan-terobosan
baru yang dapat bermanfaat bagi kesejahteraan manusia.
Selain itu metode eksperimen juga memiliki kekurangan,
diantaranya tidak tercukupnya fasilitas yang ada sehingga mengakibatkan siswa
tidak memilki kesempatan untuk bereksperimen, jika eksperimen memerlukan jangka
waktu yang lama, siswa harus menanti untuk melanjutkan pelajaran, serta metode
ini lebih pantas untuk disajikan dalam bidang-bidang ilmu dan teknologi.
4. Metode Diskusi
Diskusi
merupakan alternatif jawaban untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan catatan, masalah yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam.
Kelebihan
metode diskusi, mampu menyadarkan siswa bahwa masalah dapat dipecahkan dengan
berbagai jalan dan bukan hanya satu jalan saja, menyadarkan siswa bahwa diskusi
dapat mengungkapkan pendapat secara terbuka dan mampu memperoleh keputusan yang
lebih baik. Selain itu, siswa mampu mendengarkan pendapat orang lain dan
belajar bersikap toleransi terhadap pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat
yang dimilikinya.
Selain ada
kelebihan dalam metode ini, metode diskusi juga memiliki kelemahan, yaitu tidak
dapat digunakan pada kelompok yang besar, peserta diskusi mendapat informasi
yang terbatas, hanya dapat dikuasai oleh orang-orang yang berbicara dan
biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
5. Metode Pemberian Tugas
dan Resitasi
Metode
pemberian tugas ini adalah cara yang dilakukan oleh guru dengan menambahkan
tugas tambahan kepada siswa dengan membaca atau mencari buku lain sebagai
referensi. Dengan cara seperti itu, pemberian tugas merupakan suatu pekerjaan
yang dilakukan siswa tanpa terikat tempat.
Dalam penggunaan metode ini memiliki
kelebihan, yaitu dapat membuat siswa mengingat materi lebih lama, karena
pengetahuan yang didapat diperoleh dari hasil belajarnya sendiri, selanjutnya
siswa memiliki kesempatan untuk mengambil inisiatif, dan lebih bertanggung
jawab dengan keputusannya tersebut.
Selain itu,
metode ini juga memiliki kekurangan, dimana siswa dapat melakukan penipuan,
misalnya saja siswa dapat menjadi plagiat dengan meniru hasil pekerjaan orang
lain tanpa berusaha mengerjakannya sendiri, dan dalama pengerjaan tugas
tersebut kadang dapat dikerjakan oleh orang lain tanpa adanya pengawasan.
6. Metode Latihan
Metode
latihan biasa disebut dengan metode training,
yaitu metode mengajar yang bermanfaat untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan
tertentu. Selain itu, metode ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk
memelihara kebiasaan baik, memperoleh suatu kebiasaan, ketepatan, kesempatan,
dan keterampilan.
Dalam metode
ini memiliki kelebihan yang dapat digunakan untuk memperoleh kecakapan motorik,
seperti menulis, menggunakan kata-kata, dan melafalkan huruf. Selainitu, dapat
digunakan untuk memperoleh kecakapan mental, seperti penjumlahan, pengurangan,
pembagian dan dapat untuk membentuk kebiasaan dan menambah kecepatan dalam
melakukan perintah.
Kekurangan
metode ini dapat mengahambat bakat siswa karena siswa lebih mudah disesuaikan
dan diarahka pada suatu konsep pengertian, dapat menimbulkan penyesuaian secara
statis pada lingkungan, latihan yang dilakukan berulang dapat membuat siswa
bosan, selain itu metode ini dapat menimbulkan verbalisme.
7. Metode Cooperative Script (Dansereau SC., 1985)
Skrip
kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran di mana siswa belajar atau
bekerja secara berpasangan dan bergantian lisan, untuk mempelajari pelajaran
yang diajarkan.
Dalam semua
metode selalu memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya dalam metode ini
dapat membuat siswa menjadi aktif serta pemahaman terhadap pelajaran dapat
terserap dengan mudah karena penjelasan yang dilakukan antar siswa dapat lebih
dipahami. Akan tetapi dalam pembelajaran ini dapat membuat konsep pelajaran
yang sebenarnya menjadi kabur, karena siswa memiliki konsep yang berbeda dari
setiap pengetahuan tersebut.
8. Metode Jigsaw
Jigsaw
merupakan salah satu pembelajaran kooperatif, dimana setiap timnya
beranggotakan kurang lebih enam orang yang akan mempelajari bahan pembelajaran
yang telah dibagi atas enam bagian, satu bagian untuk satu anggota. Dalam
Jigsaw, setiap kelompok akan mempelajari materi yang telah di bagi atas enam
bagian.
Kelebihan
dalam pembelajaran ini dapat membuat siswa aktif, karena dalam pembelajaran ini
siswa dituntut untuk belajar mandiri, yang kemudia pengrtahuannya itu dapat dibagaikan
ke teman-teman yang lain. Akan tetapi, dalam pembelajaran ini memiliki
kekurangan dalam segi pemahaman materi, karena siswa belajar sesuai
pengetahuannya dan menyimpulkan materi sesuai dengan pendapatnya sendiri.
Selain itu, siswa yang tingkat intelegensinya kurang akan kesulitan dalam
proses pembelajaran ini.
9. Metode Mind Mapping
Metode Mind Mapping adalah metode yang sangat
membuat siswa dapat memahami konsep materi yang akan diberikan, karena guru
memberikan konsep terlebih dahulu kepada siswa, sehingga siswa dapat memahami
materi dengan baik.
Dalam metode
ini memiliki kelebihan, diantaranya mengembangkan kreativitas siswa, siswa
dapat memahami materi lebih mendalam. Sedangkan kekurangan dalam metode ini
membuat guru harus lebih aktif, dan guru yang kurang kreatif tidak dapat
menerapkan metode ini.
10. Metode Snowball Throwing
Metode
ini melibatkan siswa secara aktif, baik segi fisik, mental, dan emosionalnya
dengan cara tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan atau
sering disingkat TANDUR, yang dikolaborasikan dengan kegiatan melempar
pertanyaan seperti “melempar bola salju”
Dalam
metode pembelajaran ini dapat membuat siswa senang, karena pembelajaran yang
dilakukan juga melibatkan kegiatan fisik, akan tetapi dalam pembelajaran ini siswa
kuarng mampu memahami materi dengan baik, karena siswa hanya memahami materi
sebagian saja, dan materi itupun masih simpang siur dengan pemahaman yang telah
dimiliki siswa.
11. Metode
Keliling Kelompok
Metode
ini merupakan metode pembelajaran yang melibatkan semua anggota kelompoknya
dalam proses diskusi. Karena metode ini memiliki tujuan agar masing-masing
anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan konstribusinya dan dapat
mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lainnya.
Penggunaan
metode ini dapat menumbuhkan sikap siswa yang bertanggungjawab atas tugasnya
masing-masing dalam kelompoknya, selain itu membuat siswa lebih menghargai
pendapat orang lain yang sekiranya tidak sama dengan apa yang diinginkannya.
Akan tetapi, metode ini sangat sulit dilakukan apabila dalam anggota kelompok
tersebut memiliki verbalitas yang kurang, sehingga dapat merugikan kelompok
lain dalam penyerapan materi.
12. Metode karya
wisata
Metode ini
adalah suatu
kegiatan belajar mengajar dimana siswa dibawa ke suatu objek di luar kelas
untuk mempelajari suatu masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran.
Kelebihan metode
karyawisata diantaranya siswa akan memperoleh pengalaman langsung, dapat
meningkatkan minat perhatian siswa dalam mempelajari sesuatu, dapat memperkaya
dan menyempurnakan pengetahuan yang diperoleh siswa dalam kelas.
Selain itu, metode ini juga memiliki kekurangan, diantaranya memelihara
persiapan yang relatif lama dan cukup matang, memerlukan sarana dan biaya yang
relative tinggi, biasanya persiapan kurang matang untuk dapat menggabungkan
tujuan dan juga memiliki resiko yang tinggi.
D.
Metode Role Playing (Sosio Drama)
Metode
RolePlaying (Sosio Drama) adalah metode yang melibatkan interaksi antara
dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran
masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka
melakukan peran terbuka. Metode ini dapat dipergunakan di dalam mempraktikan isi
pelajaran yang baru, mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memerankan sehingga
menemukan kemungkinan masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan
sesungguhnya. Metode ini menuntutkan guru untuk mencermati kekurangan dari
peran yang diperagakan siswa. (Yamin,Martinis.2007:166)
Penggunaan
model Role Playing digunakan dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Zuhaerini (1983)
mengemukakan bahwa model Role Playing
digunakan dalam pembelajaran antara lain apabila:
1. Pembelajaran dimaksudkan untuk menerangkan suatu peristiwa yang didalamnya
menyangkut orang banyak dan berdasarkan pertimbangan didaktis, lebih baik didramatisakian,
daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak.
2. Pembelajaran dimaksudkan
untuk melatih anak-anak agar mampu menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat
social psikologis.
3. Pembelajaran dimaksudkan
untuk melatih siswa agar dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman
terhadap orang lain beserta masalahnya.
Ada
empat asumsi yang mendasari model mengajar ini yang kedudukannya sejajar dengan
model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut.
Pertama, secara implisit bermain
peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan melakukan
dimensi “di sini dan kin” sebagai isi pengajaran.
Kedua, bermain peran memberikan kemungkinan
kepada para siswa untu mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka
kenali tanpa bercermin pada orang lain.
Ketiga, model ini mengasumsikan
bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf kesadaran untuk kemudian
ditingkatkan melalui proses kelompok.
Keempat, model pembelajaran ini
mengasumsikan bahwa proses-proses psikologis yang tersembunyi berupa
sikap-sikap, nilai-nilai, perasaan-perasaan dan system keyakinan dapat diangkat
ke taraf kesadaran melalui kombinasi pemeranan secara spontan dan analisisnya.
Untuk dapat mengukur sejauh mana bermain peran dapat
memberikan manfaat kepada pemeran dan
pengamatnya ditentukan oleh tiga hal, yakni (1) kualitas pemeranan: (2)
analisis yang dilakuakan melalui diskusi setelah pemeranan; (3) persepsi siswa
terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi nyata dalam
kehidupan.
Pembelajaran
model Role Playing dilaksanakan
menjadi beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap memotivasi
kelompok
2. Memilih peran
3. Menyiapkan pengamat
4. Menyiapkan tahap-tahap
permainan peran
5. Pemeranan
6. Diskusi dan evaluasi
7. Pemeranan ulang
8. Diskusi dan evaluasi
kedua
9. Membagi pengalaman dan
menarik generalisasi
Belajar
dengan role playing menyebabkan timbulnya
keberanian menyatakan pendapat. Pembelajaran dengan role playing meningkatkan kesadaran akan adanya hubungan antara
yang diperankan dengan masalah kehidupan masyarakat yang sebenarnya.
Pembelajaran dengan role playing
dapat memenuhi salah satu asumsi penggunaannnya, yaitu sebagai model yang
dirancang untuk mengembangkan empati siswa terhadap orang lain dan
mengorganisasikan isu-isu sosial.
1. Tujuan
Penggunaan Metode Pembelajaran RolePlaying (Sosio Drama)
Tujuan
yang diharapkan dengan penggunaan metode role
playing sosio drama antara lain adalah:
a. Agar siswa dapat
menghayati dan menghargai perasaan orang lain.
b. Dapat belajar bagaimana
membagi tanggung jawab.
c. Dapat belajar bagaimana
mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.
d. Merangsang kelas untuk
berpikir dan memecahkan masalah
2. Manfaat
Sebagai
salah satu metode pembelajaran, metode role
plating (sosio drama) memiliki beberapa manfaat, diantaranya:
a)
Membuat otak siswa agar bertambah banyak hal yang bermanfaat
bagi otak siswa;
b)
Membuat diri kita bisa lebih kreatif;
c)
Keharusan dalam memecahkan suatu maslah yang rumit;
d)
Meterampilan berkomunikasi, sering digunakan secara
bersama-sama dalam menyelesaikan berbagai tugas/kegiatan keterampilan
berkomunikasi;
e)
Kita lebih bisa menerima atau mengingat ilmu yang kita
kembangkan sendiri;
f)
Keterampilan-keterampilan dalam bekerja secara tim;
g)
Melatih daya imajinasi anak melalui permainan peran;
h)
Mengembangkan motorik anak;
i)
Mengembangkan rasa percaya diri dan kepekaan sosial anak;
j)
Mengembangkan kemampuan intelektual anak.
3. Kelebihan
Dalam penerapannya pada proses belajar mengajar, tentu penggunaan
metode Role Playing (Sosio Drama) memilki beberapa kelebihan dibanding dengan metode lain. Kelebihan-kelebihan
metode Role Playing (sosio drama) antara lain:
a. Siswa melatih dirinya
untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang didramakan. Sebagai
pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk
materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus
tajam dan tahan lama.
b. Siswa akan terlatih
untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain dituntut
untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
c. Bakat yang terdapat pada
siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni
drama dari sekolah. Jika seni drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar
mereka akan menjadi pemain yang baik kelak.
d. Kerjasama antar pemain
dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
e. Siswa memperoleh
kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
f. Bahasa lisan siswa dapat
dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.
4. Kelemahan
Seperti halnya dengan metode-metode pembelajaran yang
lain. Metode pembelajaran Role Playing (sosio drama) selain memilki kelebihan, metode Role Playing (sosio drama) juga memiliki kekurangan/kelemahan. Kekurangan atau kelemahan metode Role Playing (sosio drama) antara lain:
a. Sebagian besar anak yang
tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif.
b. Banyak memakan waktu,
baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada
pelaksanaan pertunjukan.
c. Memerlukan tempat yang
cukup luas jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas.
d. Sering kelas lain
terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk
tangan, dan sebagainya.
E.
Penerapan Materi IPS
Kelas Tinggi dengan Menggunakan Metode Role
Playing (Sosio Drama)
Penerapan
materi IPS kelas tinggi dengan menggunakan metode Role Playing (Sosio Drama) diaplikasikan dalam kegiatan belajar
mengajar yang dapat disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
1. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial
2. Kelas : 5 (Lima)
3. Semester :
2 (Dua)
4. Standar Kompetensi : Menghargai tokoh pejuang dan
masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
5. Kompetensi Dasar : Menghargai jasa dan peranan tokoh
dalam memproklamasikan kemerdekaan NKRI.
6. Indikator :
a)
Mendeskripsikan
langkah-langkah dalam merumuskan dasar Negara Indonesia merdeka.
b)
Menjelaskan
detik-detik proklamasi Indonesia
7. Tujuan Pembelajaran:
Setelah
mengikuti proses pembelajaran siswa diharapkan dapat:
a)
Mengetahui
dan memahami kejadian-kejadian penting menjelang hari Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
b)
Mengetahui
dan memahami detik-detik proklamsai berlangsung.
8. Materi Pembelajaran : Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
9. Metode Pembelajaran : Metode Role Playing (Sosio
Drama)
10. Langkah-langkah
pembelajaran :
a)
Guru
menyampaikan materi tentang persiapan kemerdekaan Indonesia dan proses
pembacaan teks proklamasi.
b)
Siswa
mendengarkan penyajian materi dari guru.
c)
Guru
menunjuk beberapa siswa untuk memperagakan tentang proses persiapan kemerdekaan
Indonesia dan pembacaan teks proklamasi di depan kelas.
d)
Guru
mengevaluasi proses peragaan yang dilakukan siswa.
e)
Guru
memberikan beberapa pengarahan tentang kekurangan dalam proses peragaan.
f)
Guru
meminta siswa untuk mengulangi peragaan tentang proses persiapan kemerdekaan
Indonesia dan pembacaan teks proklamasi
di depan kelas sekali lagi.
g)
Guru
bersama siswa menarik kesimpulan tentang hasil peragaan yang telah dilakukan.
h)
Guru
memberikan konfirmasi tentang hasil yang telah disimpulkan.
10. Sumber dan Media Belajar
a) Guru
b) Alam semesta
c)
Buku IPS SD Kelas 5 Semester 2 Bab Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
d)
Buku LKS IPS SD Kelas 5 Semester 2 Bab Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
KESIMPULAN
Pendidikan IPS adalah suatu ilmu yang sumber
belajarnya didasarkan pada ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang disajikan dan
ditampilkan dalam bentuk ilmiah dan psikologis untuk tujuan proses pendidikan.
Masa kelas tinggi sekolah dasar berkisar 9,0
atau 10,0 sampai 12,0 atau 1 3,0 tahun. Siswa di usia ini memiliki sifat-sifat
yang khas, antara lain:
1. Adanya minat terhadap
kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit,
2. Realistik, ingin
mengetahui dan ingin belajar.
3.
Adanya
minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus, atau bakat-bakat khusus yang
mulai ditonjolkan oleh anak.
4.
Sampai
usia 11 tahun, anak membutuhkan guru atau orang dewasa untuk menyelesaikan
tugas dan memenuhi keinginannya. Setelah umur ini berlalu, pada umumnya anak
akan bias menyelesaikan tugasnya sendiri.
5.
Anak
memandang nilai ( angka raport ) sebagai ukuran prestasi sekolah.
6.
Anak-anak
senang membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama-sama.
Metode
pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
Terdapat
banyak sekali metode pembelajaran, diantaranya adalah metode diskusi, role
playing, jigsaw, snowball trowing dan lain-lain.
Metode role
playing merupakan metode pembelajaran di mana dalam penyampaian materi,
dilakukan dengan mendramatisasikan materi tersebut. Dalam proses
mendramatisasikan materi tersebut, siswa secara aktif menggali kemampuan
motorik mereka, baik kemampuan motorik halus, maupun kemampuan motorik kasar.
Langkah-langkah Pembelajaran dengan menggunkan
metode Role Playing (Sosio Drama):
a)
Guru
menyampaikan materi tentang persiapan kemerdekaan Indonesia dan proses
pembacaan teks proklamasi.
b)
Siswa
mendengarkan penyajian materi dari guru.
c)
Guru
menunjuk beberapa siswa untuk memperagakan tentang proses persiapan kemerdekaan
Indonesia dan pembacaan teks proklamasi di depan kelas.
d)
Guru
mengevaluasi proses peragaan yang dilakukan siswa.
e)
Guru
memberikan beberapa pengarahan tentang kekurangan dalam proses peragaan.
f)
Guru
meminta siswa untuk mengulangi peragaan tentang proses persiapan kemerdekaan
Indonesia dan pembacaan teks proklamasi
di depan kelas sekali lagi.
g)
Guru
bersama siswa menarik kesimpulan tentang hasil peragaan yang telah dilakukan.
h)
Guru
memberikan konfirmasi tentang hasil yang telah disimpulkan.
Dalam penerapan metode role playing (sosio drama) pada pembelajaran IPS SD, harus sesuai
dengan RPP yang telah disusun sebelumnya. Sehingga dalam pelaksanaannya bisa
berjalan dengan lancar dan bisa diterima dengan baik oleh siswa.
SARAN
Menurut
kelompok kami, guru dalam memberikan pelajaran dapat menggunakan metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi. Karena dengan pemilihan
metode yang tepat, dapat memaksimalkan penyerapan materi dengan baik, karena
apabila materi dapat terserap dengan baik, siswa dapat menguasai dan memahami
materi dengan baik. Seorang guru sebaiknya memiliki kompetensi yang sesuai
dengan metode yang ingin diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, agar tidak
salah dalam menerapkannya.
Disisi
lain, guru harus menguasai berbagai metode pembelajaran, agar siswa tidak jenuh
dalam setiap kali pertemuan. Pengaplikasian metode-metode tersebut bergantung
pada muatan materi dan kondisi siswa dan kelas pada saat proses-belajar
mengajar. Selain itu, guru juga haeus memberikan kepercayaan kepada siswa untuk
mengembangkan kemampuannya melalui metode pembelajaran yang diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani,
Ma’mur Jamal. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan
Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.
Djamarah,
Syaiful B. Dkk.2010.Strategi Belajar
Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta
Kadarwati, Ani, dkk.2010.
Perkembangan Peserta Didik. IKIP PGRI MADIUN.
Nurcahyo, Abraham dan Yudi Hartono. 2010. Konsep Dasar & Pengembangan IPS SD.
Magetan: LE_Swastika Press.
Rusman.2010.Model-Model
Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: Raja Grafindo.
Susilanigsih, Endang.Dkk.2008.Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas 5. Jakarta:Pusat
Perbukuan Departemen PendidikanNasional.
Suyatno.2011.Pendidikan
Kewarganegaraan SD.IKIP PGRI MADIUN
Trianto. 2010. Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Yamin, Martinis.2007.Desain
Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan.Jakarta: Gaung Persada Press.
Sumber
lain:
http://massofa.wordpress.com/2008/01/25/karakteristik-anak-usia-sekolah-dasar/ yang diakses pada tanggal 29 Maret 2012
http://yankcute.blogspot.com/2010/02/keunggulan-dan-kekurangan-pembelajaran.html
yang diakses pada tanggal 29 Maret 2012
www.duniapendidikan.blgospot.com yang diakses pada tgl. 29 Maret 2012
27/03/2012/pukul 12.45 WIB.)
http://umum.kompasiana.com/2009/06/08/macam-macam-metode-pembelajaran/
(Diakses Pada 27/03/2012/pukul 12.50 WIB.)
http://nesaci.com/metode-sosiodrama-dalam-pembelajaran-di-kelas/
(diakses pada 27/03/2012/pukul 12.55 WIB)
http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/16/metode-sosiodrama-dan-bermain-peranan-role-playing-method/
(diakses pada 27/03/2012/pukul 13.00 WIB)
http://massofa.wordpress.com/2008/01/25/karakteristik-anak-usia-sekolah-dasar/
(diakses pada 28/03/2012/pukul 08.30 WIB.)
http://www.asahasuh.com/pra-sekolah/128-manfaat-bermain-qpura-puraq-bagi-perkembangan-anak.html
(diakses pada 07/04/2012/pukul 09.46 WIB.)
http://anugrahwan.wordpress.com/2011/11/06/manfaat-role-playing/
(diakses pada 07/04/2012/pukul 09.46 WIB.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar