Halaman

Translate

Rabu, 11 Juli 2012


PEMBAHASAN
A.     Konsep IPS
Dalam bukunya yang berjudul Konsep Dasar dan Pengembangan IPS-SD, Abraham Nurcahyo (2010:1) menjelaskan pendidikan IPS menurut para ahli, diantaranya adalah pendapat dari Soemantri (2001:3) yang mengemukakan bahwa Pendidikan IPS memilih bahan pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis. Menurut Al Muchtar (2001:32), Pendidikan IPS merupakan pengorganisasian berbagai macam ilmu sosial dan kegiatan-kegiatan dasar manusia dengan segala masalah yang disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.   Sedangkan menurut S. Nasution mengutip Max Helly (1989:60-63) menjelaskan bahwa Pendidikan IPS adalah suatu program pendidikan yang pada intinya membahas manusia dalam lingkungan alam fisik maupun lingkungan sosialnya. Akan tetapi, Lasmawan (2008) memberikan penjelasan bahwa pendidikan IPS adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat sintesis. Kemudian Ohlsen (dalam Vembriarto, 1979) mengemukakan bahwa pendidikan IPS merupakan keterpaduan dari berbagai ilmu sosial, termasuk geografi, sejarah, dan kewarganegaraan. Demikian pula dengan Kenworthy (1973) menegaskan bahwa pada kenyataannya ilmu ekonomi, sosiologi, antropologi, geografi, ilmu politik, sejarah, psikologi adalah ilmu yang masuk dalam pendidikan IPS. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan IPS adalah suatu ilmu yang sumber belajarnya didasarkan pada ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang disajikan dan ditampilkan dalam bentuk ilmiah dan psikologis untuk tujuan proses pendidikan.
Sebenarnya, pendidikan IPS merupakan pendidikan yang menyederhanakan materi ilmu-ilmu sosial yang bertujan untuk pembelajaran di sekolah. Menurut Abraham (2010:3) menyebutkan karakteristik mata pelajaran IPS antara lain adalah sebagai berikut:
1.      IPS merupakan gabungan dari berbagai cabang ilmu sosial, diantaranya geografi, ekonomi, sejarah, hukum dan politik (Soemantri, 2001).
2.      Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam pelajaran IPS berasal dari cabang ilmu yang dimilikinya, dan kemudian dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi tema atertentu dalam materi pembelajaran.
3.      Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam pelajaran IPS menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
4.      Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menyangkut perubahan dan peristiwa kehidupan masyarakat dengan prinsip-prinsip tertentu (Daldjoeni, 1981).
5.      Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.
Membahas tentang Ilmu Pengetahuan Sosial atau biasa disebut dengan IPS, pembelajaran ini memilki beberapa tujuan. Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial, para ahli sering mengaitkannya dengan berbagai cara pandang dan berbagai penekanan dari program pendidikan tersebut. Gross (1978 dalam buku Cooperative Learning, yang ditulis Etin Solihatin 2005:14) menyebutkan bahwa tujuan Pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan para generasi mudauntuk menjadi masyarakat dan warga negara yang baik dalam kehidupan masyarakat.
Selain itu, pendidikan IPS memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan untuk penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya. Selain itu, Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat di mana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pada sumber yang berbeda, Abraham (2010:6) menyebutkan tujuan pendidikan IPS pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:
1.      Knowledge, membantu siswa belajar tentang dirinya sendiri dan lingkungannya.
2.      Keterampilan, mencakup keterampilan berpikir tentang permasalahan yang terjadi.
3.      Attitudes (sikap), dikelompokkan menjadi dua yaitu sikap yang diperlukan untuk tingkah laku berpikir dan tingkah laku sosial.
4.      Value, dalam hubungan ini adalah nilai yang terkandung dalam masyarakat yang didapatkan dari lingkungan masyarakat sekitar maupun lembaga pemerintahan.
Mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat dengan berbagai aspek tidak dapat dipisahkan seperti ilmu-ilmu sosial yang membahas dari berbagai sudut pandangnya, seperti sejarah, geografi, psikologi, ekonomi, dan politik. Begitu banyak ilmu-ilmu sosial yang tercakup dalam Pendidikan IPS tidak berarti bahwa pendidikan IPS merupakan penjumlahan dari bermacam-macam ilmu sosial tersebut, namun suatu pembelajaran tentang hubunga manusia dengan alam lingkungan yang lain, serta membantu siswa mengembangkan kompetensi dan sikap menjadi warga negara dalam masyarakat dengan menggunakan bahan dari berbagai ilmu sosial untuk memahami masalah-masalah sosial.
Ditinjau dari aspek-aspeknya, ruang lingkup IPS meliputi hubungan sosial, ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi dan politik. Ditinjau kelompoknya meliputi keluarga, RT, RW, ormas sampai ke tingkat desa, lokal, nasional, regional, dan global.
Model pembelajaran Pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencekoki siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal hidup bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari Pendidikan IPS.

B.     Karakter Siswa Kelas Tinggi
Dari sumber internet yang diposting oleh Pakde Sofa, karakteristik siswa sekolah dasar antara lain :
1.      Pertumbuhan Fisik atau Jasmani
a)      Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.
b)      Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
c)      Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak.
d)      Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana.
2.      Perkembangan Intelektual dan Emosional
a)      Perkembangan intelektual anak sangat bergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.
b)      Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.
c)      Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak.
d)      Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak.
e)      Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak.
f)        Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.
3.  Perkembangan Bahasa
Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 – 5 bulan. Orang tua yang bijak selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang tua membimbing anaknya.
Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan, (b) sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina hubungan sosial, (d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a) kematangan alat berbicara, (b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak, (d) kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk belajar dan berlatih dan (f) bimbingan dari orang tua.
Di samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat gangguan perkembangan berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng, (b) anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.
4.      Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap
a)      Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak apabila berbuat atau berperilaku yang positif.
b)      Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam masyarakat luas.
c)      Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan, (b) memberikan motivasi kepada anak, (c) memperkuat perilaku dan (d) memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi.
d)      Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah: (a) fungsi restruktif, (b) fungsi pendidikan, (c) sebagai penguat motivasi.
e)      Syarat pemberian hukuman adalah: (a) segera diberikan, (b) konsisten, (c) konstruktif, (d) impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak melainkan kepada perbuatannya, (e) harus disertai alasan, (f) sebagai alat kontrol diri, (g) diberikan pada tempat dan waktu yang tepat.
Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang berumur antara 6-12 tahun. Masa tersebut ditandai dengan anak masuk dalam bangku sekolah dasar, dan dimulai sejarah baru dalam kehidupannya yang akan mengubah sikap dan perilakunya, dimana anak memasuki lingkungan sosial yang lebih luas. Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa ini anak-anak relatif mudah di didik daripada masa sebelum dan sesudahnya.  Usia sekolah dasar dibagi menjadi dua kategori, yaitu siswa kelas rendah ( 1, 2, 3 ) dan siswa kelas tinggi ( 4, 5, 6 ).
Masa kelas tinggi sekolah dasar berkisar 9,0 atau 10,0 sampai 12,0 atau 13,0 tahun. Siswa di usia ini memiliki sifat-sifat yang khas, antara lain:
1.      Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit, hal tersebut menimbulkan kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan yang praktis.
2.      Realistik, ingin mengetahui dan ingin belajar.
3.      Adanya minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus, atau bakat-bakat khusus yang mulai ditonjolkan oleh anak.
4.      Sampai usia 11 tahun, anak membutuhkan guru atau orang dewasa untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Setelah umur ini berlalu, pada umumnya anak akan bias menyelesaikan tugasnya sendiri.
5.      Anak memandang nilai ( angka raport ) sebagai ukuran prestasi sekolah.
6.      Anak-anak senang membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama-sama. Dalam permainan itu biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan permainan yang sudah ada, tetapi mereka membuat peraturan sendiri.
Masa keserasian bersekolah diakhiri dengan suatu masa yang biasanya disebut peoral. Sifat khas anak-anak pada masa ini yaitu
1.      Ditunjukkan oleh sikap, tingkah laku dan perbuatan berkuasa, yang diidam-idamkannya adalah si kuat, si juara.
Ekstraversi: berorientasi keluar dirinya, misalnya mencari teman sebaya. Pada masa ini dorongan untuk bersaing sangat besar, oleh karena itu disebut masa “compettive socialize

C.     Metode Pembelajaran
Banyak sekali metode-metode pembelajaran yang menarik yang dapat diterapkan dalam proses kegiatan belajar sekarang ini. Metode itu sendiri adalah jalan yang harus dilalui atau cara untuk melakukan sesuatu atau prosedur (Nasution, 1995:2 dalam buku Asmani, 2011:19) sedangkan dalam bahasa Arab, metode bisa bermakna “Minhaj, al-Wasilah, al-Kaifiyah, al-Thariqah”. Semua kata ini mempunyai makna yang sama yaitu jalan atau cara yang harus ditempuh (Asnely, 1995:30 dalam buku Asmani, 2011:19). Menurut para ahli pendidikan, misalnya Winkel, menyebut metode dengan istilah prosedur didaktik. Sedangkan Abdul Ghafur menggunakan istilah strategi dengan instruksional. Sementara itu, James K. Phopan mengistilahkannya dengan transaksi dan Mudhofir mengistilahkannya denga pendekatan (Sunhaji, 2009:37 dalam buku Asmani, 2011:19). Dalam penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Metode pembelajaran memiliki fungsi untuk menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih aktif dan bervariasi. Siswa juga tidak mudah jenuh karena guru memakai metode pembelajaran yang beragam dan menarik.
Manfaat dari metode pembelajaran diantaranya adalah pengetahuan yang di dapat siswa dapat terserap dengan baik berkat metode pembelajaran yang menarik dan variatif.
Menurut Hamalik (1986) yang diposting oleh Abdul Ghofur bahwa media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Dalam pembelajaran, terdapat bermacam-macam metode. Jamal Ma’mur Asmani dalam bukunya 7 Tips Aplikasi PAKEM (2011:32) menyebutkan macam-macam metode, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan sebagai metode yang tradisional, karena metode ini merupakan metode dasar yang selalu dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode ceramah adalah memudahkan guru untuk menguasai kelas, kegiatan belajar mengajar mudah dilaksanakan, dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar, dan guru mudah menerangkan bahan pelajaran dalam jumlah banyak.
Sedangkan kekurangan metode ceramah membuat kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata), dapat merugikan anak didik yang sulit menagkap bahasa secara verbal, bila pembelajaran dilakukan terlalu lama dapat membuat anak menjadi bosan, sukar mengontrol sejauh mana perolehan belajar anak didik, dan proses pembelajaran membuat anak didik menjadi pasif.


2.      Metode Proyek
Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari yang digunakan sebagai bahan pelajaran, dengan begitu dapat membuat anak tertarik untuk belajar.
Kelebihan dalam metode ini dapat merombak pola pikir siswa dari pemikiran mereka yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dan diharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi mereka dalam kehidupan sehari-hari, selain itu siswa dapat dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dengan terpadu, dan diharapkan dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, metode ini juga memiliki kekurangan, diantaranya adalah kurikulum yang berlaku di negara kita belum menunjang pelaksanaan metode ini, dan organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sulit untuk dilakukan dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan banyak guru yang belum disiapkan untuk metode ini. Dalam metode ini memerlukan topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, memiliki sumber belajar yang diperlukan serta mempunyai banyak fasilitas dalam penggunaan metode ini dan bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat memperluas atau mengaburkan pokok pembelajaran yang sedang dibahas.
3.      Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik, baik perorangan maupun kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses mauoun percobaan. Metode ini, mengharapkan anak didik sepenuhnya dapat terlibat dalam perencanaan eksperimen, menemukan fakta, melakukan dan memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
            Metode eksperimen memiliki kelebihan yaitu dapat membuat anak lebih percaya diri atas kebenaran berdassarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima pengetahuan dari guru ataupun buku, serta mampu mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi tentang ilmu dan teknologi, serta dapat membina manusia yang mampu membawa terobosan-terobosan baru yang dapat bermanfaat bagi kesejahteraan manusia.
            Selain itu metode eksperimen juga memiliki kekurangan, diantaranya tidak tercukupnya fasilitas yang ada sehingga mengakibatkan siswa tidak memilki kesempatan untuk bereksperimen, jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, siswa harus menanti untuk melanjutkan pelajaran, serta metode ini lebih pantas untuk disajikan dalam bidang-bidang ilmu dan teknologi.
4.      Metode Diskusi
Diskusi merupakan alternatif jawaban untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan catatan, masalah yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam.
Kelebihan metode diskusi, mampu menyadarkan siswa bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan hanya satu jalan saja, menyadarkan siswa bahwa diskusi dapat mengungkapkan pendapat secara terbuka dan mampu memperoleh keputusan yang lebih baik. Selain itu, siswa mampu mendengarkan pendapat orang lain dan belajar bersikap toleransi terhadap pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat yang dimilikinya.
Selain ada kelebihan dalam metode ini, metode diskusi juga memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat digunakan pada kelompok yang besar, peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas, hanya dapat dikuasai oleh orang-orang yang berbicara dan biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
5.      Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Metode pemberian tugas ini adalah cara yang dilakukan oleh guru dengan menambahkan tugas tambahan kepada siswa dengan membaca atau mencari buku lain sebagai referensi. Dengan cara seperti itu, pemberian tugas merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan siswa tanpa terikat tempat.
  Dalam penggunaan metode ini memiliki kelebihan, yaitu dapat membuat siswa mengingat materi lebih lama, karena pengetahuan yang didapat diperoleh dari hasil belajarnya sendiri, selanjutnya siswa memiliki kesempatan untuk mengambil inisiatif, dan lebih bertanggung jawab dengan keputusannya tersebut.
Selain itu, metode ini juga memiliki kekurangan, dimana siswa dapat melakukan penipuan, misalnya saja siswa dapat menjadi plagiat dengan meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa berusaha mengerjakannya sendiri, dan dalama pengerjaan tugas tersebut kadang dapat dikerjakan oleh orang lain tanpa adanya pengawasan.
6.      Metode Latihan
Metode latihan biasa disebut dengan metode training, yaitu metode mengajar yang bermanfaat untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Selain itu, metode ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan baik, memperoleh suatu kebiasaan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
Dalam metode ini memiliki kelebihan yang dapat digunakan untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis, menggunakan kata-kata, dan melafalkan huruf. Selainitu, dapat digunakan untuk memperoleh kecakapan mental, seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian dan dapat untuk membentuk kebiasaan dan menambah kecepatan dalam melakukan perintah.
Kekurangan metode ini dapat mengahambat bakat siswa karena siswa lebih mudah disesuaikan dan diarahka pada suatu konsep pengertian, dapat menimbulkan penyesuaian secara statis pada lingkungan, latihan yang dilakukan berulang dapat membuat siswa bosan, selain itu metode ini dapat menimbulkan verbalisme.
7.      Metode Cooperative Script (Dansereau SC., 1985)
Skrip kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran di mana siswa belajar atau bekerja secara berpasangan dan bergantian lisan, untuk mempelajari pelajaran yang diajarkan.
Dalam semua metode selalu memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya dalam metode ini dapat membuat siswa menjadi aktif serta pemahaman terhadap pelajaran dapat terserap dengan mudah karena penjelasan yang dilakukan antar siswa dapat lebih dipahami. Akan tetapi dalam pembelajaran ini dapat membuat konsep pelajaran yang sebenarnya menjadi kabur, karena siswa memiliki konsep yang berbeda dari setiap pengetahuan tersebut.
8.      Metode Jigsaw
Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif, dimana setiap timnya beranggotakan kurang lebih enam orang yang akan mempelajari bahan pembelajaran yang telah dibagi atas enam bagian, satu bagian untuk satu anggota. Dalam Jigsaw, setiap kelompok akan mempelajari materi yang telah di bagi atas enam bagian.
Kelebihan dalam pembelajaran ini dapat membuat siswa aktif, karena dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk belajar mandiri, yang kemudia pengrtahuannya itu dapat dibagaikan ke teman-teman yang lain. Akan tetapi, dalam pembelajaran ini memiliki kekurangan dalam segi pemahaman materi, karena siswa belajar sesuai pengetahuannya dan menyimpulkan materi sesuai dengan pendapatnya sendiri. Selain itu, siswa yang tingkat intelegensinya kurang akan kesulitan dalam proses pembelajaran ini.
9.      Metode Mind Mapping
Metode Mind Mapping adalah metode yang sangat membuat siswa dapat memahami konsep materi yang akan diberikan, karena guru memberikan konsep terlebih dahulu kepada siswa, sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik.
Dalam metode ini memiliki kelebihan, diantaranya mengembangkan kreativitas siswa, siswa dapat memahami materi lebih mendalam. Sedangkan kekurangan dalam metode ini membuat guru harus lebih aktif, dan guru yang kurang kreatif tidak dapat menerapkan metode ini.
10.  Metode Snowball Throwing
Metode ini melibatkan siswa secara aktif, baik segi fisik, mental, dan emosionalnya dengan cara tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan atau sering disingkat TANDUR, yang dikolaborasikan dengan kegiatan melempar pertanyaan seperti “melempar bola salju”
Dalam metode pembelajaran ini dapat membuat siswa senang, karena pembelajaran yang dilakukan juga melibatkan kegiatan fisik, akan tetapi dalam pembelajaran ini siswa kuarng mampu memahami materi dengan baik, karena siswa hanya memahami materi sebagian saja, dan materi itupun masih simpang siur dengan pemahaman yang telah dimiliki siswa.
11.  Metode Keliling Kelompok
Metode ini merupakan metode pembelajaran yang melibatkan semua anggota kelompoknya dalam proses diskusi. Karena metode ini memiliki tujuan agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan konstribusinya dan dapat mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lainnya.
Penggunaan metode ini dapat menumbuhkan sikap siswa yang bertanggungjawab atas tugasnya masing-masing dalam kelompoknya, selain itu membuat siswa lebih menghargai pendapat orang lain yang sekiranya tidak sama dengan apa yang diinginkannya. Akan tetapi, metode ini sangat sulit dilakukan apabila dalam anggota kelompok tersebut memiliki verbalitas yang kurang, sehingga dapat merugikan kelompok lain dalam penyerapan materi.
12.  Metode karya wisata
Metode ini adalah suatu kegiatan belajar mengajar dimana siswa dibawa ke suatu objek di luar kelas untuk mempelajari suatu masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran.
Kelebihan metode karyawisata diantaranya siswa akan memperoleh pengalaman langsung, dapat meningkatkan minat perhatian siswa dalam mempelajari sesuatu, dapat memperkaya dan menyempurnakan pengetahuan yang diperoleh siswa dalam kelas.
Selain itu, metode ini juga memiliki kekurangan, diantaranya memelihara persiapan yang relatif lama dan cukup matang, memerlukan sarana dan biaya yang relative tinggi, biasanya persiapan kurang matang untuk dapat menggabungkan tujuan dan juga memiliki resiko yang tinggi.

D.    Metode Role Playing (Sosio Drama)
Metode RolePlaying (Sosio Drama) adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka melakukan peran terbuka. Metode ini dapat dipergunakan di dalam mempraktikan isi pelajaran yang baru, mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memerankan sehingga menemukan kemungkinan masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya. Metode ini menuntutkan guru untuk mencermati kekurangan dari peran yang diperagakan siswa. (Yamin,Martinis.2007:166)
Penggunaan model Role Playing digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Zuhaerini (1983) mengemukakan bahwa model Role Playing digunakan dalam pembelajaran antara lain apabila:
1.    Pembelajaran dimaksudkan untuk menerangkan suatu peristiwa yang didalamnya menyangkut orang banyak dan berdasarkan pertimbangan didaktis, lebih baik didramatisakian, daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak.
2.    Pembelajaran dimaksudkan untuk melatih anak-anak agar mampu menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat social psikologis.
3.    Pembelajaran dimaksudkan untuk melatih siswa agar dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.
Ada empat asumsi yang mendasari model mengajar ini yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut.
Pertama, secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan melakukan dimensi “di sini dan kin” sebagai isi pengajaran.
Kedua, bermain peran memberikan kemungkinan kepada para siswa untu mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka kenali tanpa bercermin pada orang lain.
Ketiga, model ini mengasumsikan bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf kesadaran untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok.
Keempat, model pembelajaran ini mengasumsikan bahwa proses-proses psikologis yang tersembunyi berupa sikap-sikap, nilai-nilai, perasaan-perasaan dan system keyakinan dapat diangkat ke taraf kesadaran melalui kombinasi pemeranan secara spontan dan analisisnya.
Untuk dapat mengukur sejauh mana bermain peran dapat memberikan manfaat  kepada pemeran dan pengamatnya ditentukan oleh tiga hal, yakni (1) kualitas pemeranan: (2) analisis yang dilakuakan melalui diskusi setelah pemeranan; (3) persepsi siswa terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi nyata dalam kehidupan.
Pembelajaran model Role Playing dilaksanakan menjadi beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:
1.    Tahap memotivasi kelompok
2.    Memilih peran
3.    Menyiapkan pengamat
4.    Menyiapkan tahap-tahap permainan peran
5.    Pemeranan
6.    Diskusi dan evaluasi
7.    Pemeranan ulang
8.    Diskusi dan evaluasi kedua
9.    Membagi pengalaman dan menarik generalisasi
Belajar dengan role playing menyebabkan timbulnya keberanian menyatakan pendapat. Pembelajaran dengan role playing meningkatkan kesadaran akan adanya hubungan antara yang diperankan dengan masalah kehidupan masyarakat yang sebenarnya. Pembelajaran dengan role playing dapat memenuhi salah satu asumsi penggunaannnya, yaitu sebagai model yang dirancang untuk mengembangkan empati siswa terhadap orang lain dan mengorganisasikan isu-isu sosial.
1.    Tujuan Penggunaan Metode Pembelajaran RolePlaying (Sosio Drama)
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode role playing sosio drama antara lain adalah:
a.    Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.
b.    Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.
c.    Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.
d.    Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah

2.    Manfaat
Sebagai salah satu metode pembelajaran, metode role plating (sosio drama) memiliki beberapa manfaat, diantaranya:
a)         Membuat otak siswa agar bertambah banyak hal yang bermanfaat bagi otak siswa;
b)        Membuat diri kita bisa lebih kreatif;
c)         Keharusan dalam memecahkan suatu maslah yang rumit;
d)        Meterampilan berkomunikasi, sering digunakan secara bersama-sama dalam menyelesaikan berbagai tugas/kegiatan keterampilan berkomunikasi;
e)         Kita lebih bisa menerima atau mengingat ilmu yang kita kembangkan sendiri;
f)          Keterampilan-keterampilan dalam bekerja secara tim;
g)         Melatih daya imajinasi anak melalui permainan peran;
h)         Mengembangkan motorik anak;
i)           Mengembangkan rasa percaya diri dan kepekaan sosial anak;
j)          Mengembangkan kemampuan intelektual anak.
3.    Kelebihan
Dalam penerapannya pada proses belajar mengajar, tentu penggunaan metode Role Playing (Sosio Drama) memilki beberapa kelebihan dibanding dengan metode lain. Kelebihan-kelebihan metode Role Playing  (sosio drama) antara lain:
a.    Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.
b.    Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
c.    Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan menjadi pemain yang baik kelak.
d.    Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
e.    Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
f.      Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

4.    Kelemahan
Seperti halnya dengan metode-metode pembelajaran yang lain. Metode pembelajaran Role Playing (sosio drama) selain memilki kelebihan, metode Role Playing (sosio drama) juga memiliki kekurangan/kelemahan. Kekurangan atau kelemahan metode Role Playing (sosio drama) antara lain:
a.    Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif.
b.    Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan.
c.    Memerlukan tempat yang cukup luas jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas.
d.    Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.





E.     Penerapan Materi IPS Kelas Tinggi dengan Menggunakan Metode Role Playing (Sosio Drama)
Penerapan materi IPS kelas tinggi dengan menggunakan metode Role Playing (Sosio Drama) diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
1.      Mata Pelajaran            : Ilmu Pengetahuan Sosial
2.      Kelas                           : 5 (Lima)
3.      Semester                     : 2 (Dua)
4.      Standar Kompetensi            : Menghargai tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
5.      Kompetensi Dasar            : Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan NKRI.
6.      Indikator                     :
a)         Mendeskripsikan langkah-langkah dalam merumuskan dasar Negara Indonesia merdeka.
b)        Menjelaskan detik-detik proklamasi Indonesia
7.      Tujuan Pembelajaran:
Setelah mengikuti proses pembelajaran siswa diharapkan dapat:
a)         Mengetahui dan memahami kejadian-kejadian penting menjelang hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
b)        Mengetahui dan memahami detik-detik proklamsai berlangsung.
8.   Materi Pembelajaran : Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
9.   Metode Pembelajaran : Metode Role Playing (Sosio Drama)
10. Langkah-langkah pembelajaran :
a)         Guru menyampaikan materi tentang persiapan kemerdekaan Indonesia dan proses pembacaan teks proklamasi.
b)        Siswa mendengarkan penyajian materi dari guru.
c)        Guru menunjuk beberapa siswa untuk memperagakan tentang proses persiapan kemerdekaan Indonesia dan pembacaan teks proklamasi di depan kelas.
d)        Guru mengevaluasi proses peragaan yang dilakukan siswa.
e)        Guru memberikan beberapa pengarahan tentang kekurangan dalam proses peragaan.
f)          Guru meminta siswa untuk mengulangi peragaan tentang proses persiapan kemerdekaan Indonesia dan pembacaan  teks proklamasi di depan kelas sekali lagi.
g)        Guru bersama siswa menarik kesimpulan tentang hasil peragaan yang telah  dilakukan.
h)        Guru memberikan konfirmasi tentang hasil yang telah disimpulkan.
10. Sumber dan Media Belajar
a) Guru
b) Alam semesta
c) Buku IPS SD Kelas 5 Semester 2 Bab Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
d) Buku LKS IPS SD Kelas 5 Semester 2 Bab Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia





KESIMPULAN
Pendidikan IPS adalah suatu ilmu yang sumber belajarnya didasarkan pada ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang disajikan dan ditampilkan dalam bentuk ilmiah dan psikologis untuk tujuan proses pendidikan.
Masa kelas tinggi sekolah dasar berkisar 9,0 atau 10,0 sampai 12,0 atau 1 3,0 tahun. Siswa di usia ini memiliki sifat-sifat yang khas, antara lain:
1.      Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit,
2.      Realistik, ingin mengetahui dan ingin belajar.
3.      Adanya minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus, atau bakat-bakat khusus yang mulai ditonjolkan oleh anak.
4.      Sampai usia 11 tahun, anak membutuhkan guru atau orang dewasa untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Setelah umur ini berlalu, pada umumnya anak akan bias menyelesaikan tugasnya sendiri.
5.      Anak memandang nilai ( angka raport ) sebagai ukuran prestasi sekolah.
6.      Anak-anak senang membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama-sama.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Terdapat banyak sekali metode pembelajaran, diantaranya adalah metode diskusi, role playing, jigsaw, snowball trowing dan lain-lain.
Metode role playing merupakan metode pembelajaran di mana dalam penyampaian materi, dilakukan dengan mendramatisasikan materi tersebut. Dalam proses mendramatisasikan materi tersebut, siswa secara aktif menggali kemampuan motorik mereka, baik kemampuan motorik halus, maupun kemampuan motorik kasar.
Langkah-langkah Pembelajaran dengan menggunkan metode Role Playing (Sosio Drama):
a)        Guru menyampaikan materi tentang persiapan kemerdekaan Indonesia dan proses pembacaan teks proklamasi.
b)        Siswa mendengarkan penyajian materi dari guru.
c)        Guru menunjuk beberapa siswa untuk memperagakan tentang proses persiapan kemerdekaan Indonesia dan pembacaan teks proklamasi di depan kelas.
d)        Guru mengevaluasi proses peragaan yang dilakukan siswa.
e)        Guru memberikan beberapa pengarahan tentang kekurangan dalam proses peragaan.
f)          Guru meminta siswa untuk mengulangi peragaan tentang proses persiapan kemerdekaan Indonesia dan pembacaan  teks proklamasi di depan kelas sekali lagi.
g)        Guru bersama siswa menarik kesimpulan tentang hasil peragaan yang telah  dilakukan.
h)        Guru memberikan konfirmasi tentang hasil yang telah disimpulkan.
Dalam penerapan metode role playing (sosio drama) pada pembelajaran IPS SD, harus sesuai dengan RPP yang telah disusun sebelumnya. Sehingga dalam pelaksanaannya bisa berjalan dengan lancar dan bisa diterima dengan baik oleh siswa.














SARAN

Menurut kelompok kami, guru dalam memberikan pelajaran dapat menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi. Karena dengan pemilihan metode yang tepat, dapat memaksimalkan penyerapan materi dengan baik, karena apabila materi dapat terserap dengan baik, siswa dapat menguasai dan memahami materi dengan baik. Seorang guru sebaiknya memiliki kompetensi yang sesuai dengan metode yang ingin diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, agar tidak salah dalam menerapkannya.
Disisi lain, guru harus menguasai berbagai metode pembelajaran, agar siswa tidak jenuh dalam setiap kali pertemuan. Pengaplikasian metode-metode tersebut bergantung pada muatan materi dan kondisi siswa dan kelas pada saat proses-belajar mengajar. Selain itu, guru juga haeus memberikan kepercayaan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya melalui metode pembelajaran yang diterapkan.
                       












DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Ma’mur  Jamal. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.


Djamarah, Syaiful B. Dkk.2010.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta


Kadarwati, Ani, dkk.2010. Perkembangan Peserta Didik. IKIP PGRI MADIUN.


Nurcahyo, Abraham dan Yudi Hartono. 2010. Konsep Dasar & Pengembangan IPS SD. Magetan: LE_Swastika Press.


Rusman.2010.Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: Raja Grafindo.


Susilanigsih, Endang.Dkk.2008.Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas 5. Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen PendidikanNasional.


Suyatno.2011.Pendidikan Kewarganegaraan SD.IKIP PGRI MADIUN


Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


Yamin, Martinis.2007.Desain Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan.Jakarta: Gaung Persada Press.

Sumber lain:




www.duniapendidikan.blgospot.com yang diakses pada tgl. 29 Maret 2012


27/03/2012/pukul 12.45 WIB.)


http://nesaci.com/metode-sosiodrama-dalam-pembelajaran-di-kelas/ (diakses pada 27/03/2012/pukul 12.55 WIB)







http://anugrahwan.wordpress.com/2011/11/06/manfaat-role-playing/ (diakses pada 07/04/2012/pukul 09.46 WIB.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar