Halaman

Translate

Rabu, 11 Juli 2012


PEMBELAJARAN IPS TERPADU

A.          Konsep Dasar
Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajran yang memadukan beberapa pokok bahasan. Salah satu diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan atau bidang studi, Depdikbud (dalam Nurcahyo, Abraham.2010:86), sehingga dapat disebut sebagai pengajaran lintas bidang studi, Maryanto (dalam Nurcahyo, Abraham.2010:86).
Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan kemampuan siswa secara optimal, sehingga dibutuhkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu, siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, sehingga kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.
Pembelajaran tepadu juga suatu model pembelajaran yang dapt dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi utnuk memberikan pengalaman yang memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah meraka paham.
Tim pengembang PGSD (dalam Nurcahyo, Abraham.2010:87) mendefinisikan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberpa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prisnsip keilmuan secara hilistik,bermakna dan otentik.
Berdasarakan uraian diatas, maka pembelajaran terpadu dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.   Pembelajaran dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain baik berasal dari bidang studi yang bersangkutan ataupun lainnya.
2.   Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata disekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3.   Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan anak secara simultan.
4.   Menggabungkan sebuah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Menurut Atkinson pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu strategi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak(Nurcahyo, Abraham.2010:87).
Pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekaatan inkuiri, yaitu melibatkan siswa mulai dari meencanakan, mengeksplorasi dan menggali gagasan dari siswa. Dengan pendekaatan terpadu , siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri. Siswa dapat diajak berpatisipasi aktif dalam mengekplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan materi lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran terpadu memperhatikan kebutuhan siswa sesuai dengan perkembangannya dengan melibatkan secara aktif dalam pembelajaran, baik fisik maupun emosional. Aktivitas yang di berikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna dan otentik, sehingga siswa dapat menerapkan hasil belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari.
Bredekamp (dalam Nurcahyo, Abraham.2010:87), mengemukakan bahwa dalam pembelajaran, orang dewasa hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupunb mandiri. Siswa diberi kesempatan untuk berinisiatif, melakukan ketrampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya. Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik atau tema-tema yang berupa kejadia-kejadian, fakta dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum dapat bermakna bagi siswa. Bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, melainkan merupakan suatu kesatuan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.
Pembelajaran terpadu merupakan paket pengajaran yang menghubungkan berbagai konsep dari beberapa disiplin ilmu. Metode pembelajaran terpadu beriontasi pada kreativas siswa, pengetahuan awal siswa sangat membantu dalam memahami konsep dan keberhasilan belajar. Siswa akan memahami konsep-konsep yang akan meraka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubugkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Pelaksanaan pendekatan pembelajaran terpadu bertolak dari suatu topik atau teman yang dipilih da dikembangkan bersama oleh guru dan siswa. Konsep-konsep dari mata pelajaran terkait dijadikan sebagai alat dan wahana untuk mempelajari materi tertentu.

B.          Prinsip Dasar Pembelajaran Terpadu
Menurut Ujang Sukandi, dkk. (dalam Trianto, 2010:57), pembelajaran terpadu memiliki satu tema actual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran.
Pengajaran terpadu perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin dan saling terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi pengayaan dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam kurikulum. Tetapi ingat, penyajian materi pengayaan seperti itu perlu dibatasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran.
Pengajaran terpadu tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran terpadu harus mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan karekteristik siswa, seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. Materi pelajaran yang dipadukan tidak perlu terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.
Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan menjadi:.
a.         Prinsip Penggalian Tema
Prinsip penggalian merupakan prinsip utama (focus) dalam pembelajaran terpadu. Artinya, tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Dengan demikian, dalam penggalian tema tersebut hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan.
1)        Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuik memadukan banyak mata pelajaran.
2)        Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
3)        Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
4)        Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak.
5)        Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.
6)        Tema yang dipilih hemdaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi)
7)        Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
b.        Prinsip Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Karena itu, menurut Prabowo (dalam Trianto, 2010:58), bahwa dalam pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut.
1)        guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar.
2)        Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.
3)        Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.
c.         Prinsip Evaluasi
Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. Dalam hal ini maka dalam melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran terpadu, maka diperlukan beberapa langkah-langkah positif antara lain:
1)        Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation/self assessment) di samping bentuk evaluasi lainnya.
2)        Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
d.        Prinsip Reaksi
Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam KBM. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran terpadu memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring.
Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa alas an yang mendasarinya, antara lain sebagai berikut.
a.         Dunia anak adalah dunia nyata
Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri. Mereka melihat objek atau peristiwa di dalamnya memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran. Misalnya, saat mereka berbelanja di pasar, mereka akan dihadapkan dengan suatu perhitungan (Matematika), aneka ragam makanan sehat (IPA), dialog tawar-menawar ( Bahasa Indonesia), harga yang naik-turun (IPS), dan beberapa materi pelajaran lain.
b.        Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa/objek lebih terorganisir
Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu objek sangat bergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki anak sebelumnya. Masing-masing anak selalu membangun sendiri pemahaman terhadap konsep baru. Anak menjadi “arsitek” pembangun gagasan baru. Guru dan orang tua hanya sebagai “fasilitator” atau mempermudah sehingga peristiwa belajar dapat berlangsung. Anak dapat gagasan baru jika pengetahuan yang disajikan selalu berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.
c.         Pembelajaran akan lebih bermakna
Pembelajaran akan lebih bermakana kalau pelajaran yang sudaj dipelajari siswa dapat memanfaatkan untuk mempelajari materi berikutnya. Pembeljaran terpadu sangat berpeluang untuk memanfaatkan pengetahuan sebelumnya.
d.        Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri
Pengajaran terpadu memberi peluang siswa untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah sasaran pendidikan itu meliputi sikap (jujur, teliti, tekun, terbuka terhadap gagasan ilmiah), keterampilan (memperoleh, memanfaatkan, dan memilih informasi, menggunakan alat, bekerja sama, dan kepemimpinan), dan ranah kognitif (pengetahuan).
e.         Memperkuat kemampuan yang diperoleh
Kemampuan yang diperoleh dari satu mata pelajaran akan saling memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata pelajaran lain.
f.          Efisiensi waktu
Guru lebih dapat menghemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar. Tidak hanya siswa, guru pun dapat belajar lebih bermakna terhadap konsep-konsep sulit yang akan dipelajari.
Pembelajaran terpadu dalam kenyataannya memiliki beberapa kelebihan. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dalam Trianto, 2010:61), pembelajran terpadu memiliki kelebihan sebagai berikut.
1)      Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya.
2)      Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
3)      Kegiatan belajar bermakna bagi anak sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
4)      Keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
5)      Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai lingkungan anak.
6)      Keterampilan social anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Keterampilan social ini antara lain adalah: kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain.
Di samping itu, pembelajaran terpadu menyajikan beberapa keterampilan dalam suatu proses pembelajaran. Selain mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak, Depdiknas (dalam Trianto, 2010:61).

C.          Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2010:61), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau cirri-ciri, yaitu: holistic, bermakna, otentik, dan aktif.
1.    Holistik
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
2.    Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
Rujukan yang nyata dari segala konsep yang diperoleh, dan keterkaitannya dengan konsep yang diperoleh, dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya hal ini akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapakan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul didalamnya kehidupannya.
3.    Otentik
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik. Misalnya, hokum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui kegiatan eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator, sedang siswa bertindak sebagai actor pencari informasi dan pengetahuan. Guru memberikan bimbingan kearah mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
4.    Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar. Dengan demikian pembelajaran terpadu bukan semata-mata merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata pelajaran yang saling terkait. Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut.

D.          Model Pembelajaran Terpadu
Ada beberapa bentuk implementasi pembelajaran terpadu. Ditinjau dari sifat materi yang dipadukan diantaranya adalah pembelajran terpadu intra bidang studi dan pembelajaran terpadu antar bidang studi. Pembelajaran terpadu intra bidang studi memadukan materi-materi (pokok bahan / sub pokok bahasan, konsep/sub konsep, keterampilan atau nilai) dalam satu bidang studi. Suatu pembelajaran  yang  memadukan materi membaca, menyimak, berbicara, dan menulis disebut pembelajaran terpadu intra bidang studi. Misalnya pembelajaran yang mamadukan antara bidang studi IPS, Bahasa Indonesia, IPA, dan Matematika.
Ditanjau dari cara memadukan materinya, pembelajara terpadu dapat dilaksanakan dengan memperhatikan secara tegas batas-batas bidang studi satu dengan yang lain. Namun kadang-kadang batas-batas antara mata pelajaran yang satu dangan yang lainnya batasnya sangat samar, bahkan hampir tidak tampak. Dalam prakteknya, apabila suatu tema telah ditetapkan , maka guru bersama siswa mengkaji tema tersebut dari sudut pandang masing-masing bidang studi. Berdasarkan tema tersebut, guru bersama siswa menentukan unsur-unsur bidang studi yang bisa dipelajari tanpa harus ada tumpang tindih dengan bidang studi yang lain. Apabila suatu tema telah ditetapkan, misalnya lingkungan tersebut. Wilson dkk.,( dalam Nurcahyo, Abraham.dkk, 2010:88), mengemukakan bahwa keterpaduan dapat dpat dilakukan melalui keterpaduan kurikkulum dimana guru merencanakan pembelajaran IPS untuk murid-muridnya dalam waktu bersamaan mereka juga belajar sesuatu yang lain seperti bahasa,IPA, dan Matematika.
Pembelajaran terpadu dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan, pemahaman siswa tentang fisik dan lingkungan sosial mereka yang dapat mengambil bagian dimana anak-anak belajar bersama. Mereka belajar dalam kelompok-kelompok dan dalam kelompok mereka bebas mengeluarkan argumentasinya.
Forgaty (dalam Nurcahyo, Abraham.dkk, 2010:89-90) mengemukakan 10 model keterpaduan sebagai berikut :
1.         Model Fragmented
Model ini adlah pembelajaran yang dilaksanakan secara terpisah, yaitu hanya terfokus pada satu disiplin mata pelajaran, misalnya mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa dan sebagainnya yang diajarkan secara terpisah.
2.         Model Terhubung (connected)
Model keterhubungan adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu topik dengan yang lain dalam satu bidang studi. Misalnya menghubungkan konsep dengan  konsep ,emulis dalam mata pelajaran bahasa indonesia.
3.         Model Nested
Pembelajaran terpadu model nested adlah suatu model pembelajaran terpadu yang kaya dengan rancangan oleh kemampuan guru.
4.         Model Sequenced
Sequenced adalah model pembelajaran terpadu dimana saat guru mengajarkan suatu mata pelajaran maka ia dpaat  menyusun kembali urutan topik suatu mata pelajaran dan dimasukannya topik mata pelajaran lain ke dalam urutan pengajarannya itu, tentu saja dalam topik yang sama atau relevan. Pada intinya satu mata pelajaran membawa serta pelajaran lain dan sebaliknya.
5.         Model Shared
Shared adalah suatu model pembelajaran terpadu dimana pengembangan disipli ilmu yang memayungi kurikulum silang. Contohnya Matematika dsn IPA disejajarkan sebagi ilmu pengetahuan. Kesusastaraan dan sejara digabung pada label kemanusiaan: seni, musik, meanri, dan drama dibawah payung kesenian yang pokok: teknologi komputer dan industri rumah tangga sebagai kesenia yang perlu dipraktikan.
6.         Model Webed
Webed adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu, misalnya transportasi. Tema bisa diteteapkan dengan negoisasi antara guru dengan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema disepakati, kemudian dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitan dengan bidang-bidang studi lainnya. Dari sub-sub tema tersebut dikembangakan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa.
7.         Model Threaded
Threaded adalah suatu model pendekatan seperti melihat melalui teropong di mana titik pandang (fokus) dapat dimulai dari jarak terdekat dengan mata sampai titik terjauh dari mata.
8.         Model Integrated
Integrated adlah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, prinsip dan sikap saling tumpang tindih didalam beberapa bidang studi.
9.         Model Immersed
Model ini dimaksudkan dnegan menyaring dari seluruh isi kurikulum dengan menggunakan suatu cara pandang tertentu. Misalnya seseorang memadukan semua data dari berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran) kemudian menampilkannya melalui sesuatu yang diminatinya dalam suatu ide.
10.     Model Networked
Networked adalah model pembelajaran terpadu yang berhubungan dari sumber luar sebagai masukan dan semuanya meningkatkan yang baru dan meluaskan ide-ide atau mengembangkan ide-ide. Misalnya seorang arsitek mengadaptasi teknologi untuk mendesain network engan teknik program dan meluaskan pengetahuan dasar seperti dia telah mengerjakan secara tradisional dengan pendisain bagian dalam ruangan.
     Pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Salah satu diantaranya adalah memadukan kompotensi dasar. Melalui pembelajaran terpadu, peserta didik dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
     Program pembelajaran terpadu IPS disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain.
     Topik/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan poermasalahan yang berkembang, bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau sudut pandang. Contohnya banjir, pemukiman kumuh, pootensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi yang dibahas dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.
1.      Model Integrasi Berdasarkan Topik
Dalam pembelajaran IPS keterpaduan dpat dilakukan berdasarkan topik yang terkait, misalnya kegiatan ekonomi penduduk. Kegiatan ekonomi penduduk dalam contonya yang dikembangkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS. Kegiatan ekonomi penduduk dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi geografis yang tercakup dalam disiplinGeografi.
Secara sosiologis, kegiatan ekonomi penduduk dapat mempengaruhi interaksi sosial dimasyarakat atau sebaliknya. Secara historis dari waktu ke waktu kegiatan ekonomi penduduk selalu mengalami perubahan. Selanjutnya pengusasaan  konsep tentang jenis-jenis kegiatan ekonomi sampai pada taraf mampu menumbuhkan kreatifitas dan kemandirian dalam melakukan tindakan ekonomi dapat dikembangkan melalui kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi.
2.      Model intergrasi berdasarkan potensi utama
Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melaui topik ysng didasaarkan pada potensi utama yang ada diwilayah setempat; sebagai contoh, “ potensi Bali sebagai daerah tujuan Wisata”. Dalam pembelajaran yang dikembangkan dalam kebudayaan bali dikaji dan ditinjau dari faktor alam, historis kronologis dan kausalitas, serta pearilaku masyarakat terhadap aturan.
Melalui kajian potensi utama yang terdapat didaerahnya, maka peserta didik selain dpat memahami kondisi daerahnya juga sekaligus memahami kompetensi dasar yang terdapat pada beberapa displin yang tergabung dalam IPS.
3.      Model integrasi berdasarkan permasalahan
Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya adalah berdasarkan masalah yang ada, contohnya adalah “pemukinman Kumuh” pada pembeljaran terpadu, pemjkiman kumuh ditinjau dari beberapa faktor sosial yang mempengaruhinya. Diantaranya adlah faktor ekonomi, sosial dan budaya. Juga dapat dari faktor historis kronologi dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap aturan/norma.

E.          Strategi Pelaksanaan Pembelajaran IPS Terpadu
1.      Perencanaan
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu bergantung pada kesesuaian rencana yang dibuat dengan kondisi dan potensi peserta didik (minat,bakat, kebutuhan dan kemampuan). Untuk menyusun perencanaan pembelajaran terpadu perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini.
a.          Pemetaan Kompetensi Dasar
Langkah pertama dalam pengembangan model pembelajaran terpadu adalah melakukan pemataan pada semua Standar Kompetensi dan Kompotensi Dasar bidang kajian IPS per kelas yang dapat dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh. Kegiatan yang dapat dilakukan pada pemetaan ini antara lain dengan :
1)         Mengidentifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPS yang dapat dipadukan dalam satu tingkat kelas kelas yang sama dan
2)         Menentukan tema / topik pengikat antar Standar Kompotensi dan Kompitensi Dasar.
Beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompotensi Dasar  dalam pengembangan model pembeljaran terpadu IPS adalah sebagai berikut :
1)         Mengidentifikasikan beberapa Kompotensi Dasar dalam bernagai Standar Kompotensi yang memiliki potensi untuk dipadukan.
2)         Beberapa Kompotensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan alam pembelajaran. Kompotensi Dasar yang tidak didintegrasikan dibelajarkan/disajikan secra tersendiri.
3)         Kompotensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua Standar Kompotensi yang ada mata pelajaran IPS pada kelas yang sama, melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga Kompotensi Dasar saja.
4)         Kompotensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih bisa dipetakan dengan topik/tema lainnya.
2.      Penentuan Topik/Tema
Setelah pemetaan Kompotensi Dasar selesai, langkah selanjutnya dilakukan penentuan topik/tema. Topik/tema ditentukan harus relevan dengan Kompotensi Dasar yang telah dipetakan. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPS pada satu tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada pembelajaran IPS terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut :
a)         Topik, dalam pembelajaran IPS terpadu, merupakan perekat antar Kompotensi Dasar yang terdapat dalam satu rumpun mata pelajaran IPS.
b)         Topik yang ditentukan selain relevan dengan Kompotensi-Kompotensi Dasar yang terdapat dalam satu tngkatan kelas,juga sebaiknyya relevan dengan pengalaman pribadi peserta didik, dalam arti sesuai dengan lingkungan setempat. Hal ini agar pembelajaran yang dilakukan apat lebih bermakna bagi peserta didik. Misalnya untuk kelas VII disajikan dua contoh topik/tema yaitu kegiatan ekonomi penduduk dan bali sebagai tujuan wisata.
c)         Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar Kompotensi Dasar pada satu rumpunyang telah dipetakan. Contoh ya, pemberlakuan otonomi daerah, pertumbuhan industri, pemilihan kepala daerah secara langsung, pasca gempa bumi dan tsunami, penyakit folio, penyakit busung lapar, gempa bumi di yogyakarta, maslah semburan lumpur di sidoarjo.
3.      Pejabaran Kompotensi Dasar ke dalam Indikator
Setelah melakuakan langkah pemetaan Kompotensi Dasar dan penentuan Topik/Tema sebagai pengikat keterpaduan, maka kompotensi-kompotensi Dasar tersebut dijabarkan kedalam indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk penyusunan silabus.
4.      Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan silabus pembelajaran tearpadu. Komponen penyusunan silabus terdiri dari Standar Kompotensi IPS ( Sosiologi,Sejarah,Geografi dan Ekonomi), Kompotensi Dasar, Indikator, Pengalaman belajar,alokasi waktu dan penilaian.
5.      Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Setelah teridentifikasi peta kompotensi dasar dan topik yang terpadu, selanjutnya adlah menyusun desain/rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pembelajaran IPS terpadu, sesuai dengan Standar isi, Keterpaduan terletak pada strategi pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompotensi dan Kompotensi Dasar telah ditentukan dalam standar isi.
Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu. Komponennya terdiri atas identitas mata pelajaran, kompotensi dasar yang hendak dicapai, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat media yang digunakan, penilaian, dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang digunakan.

F.           Langkah-Langkah Pembelajaran IPS Terpadu
Pada dasarnya langkah-langkah (sintak) pembelajaran terpadu mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi, Prabowo (dalam Trianto, 2010:63).
1.      Tahap Perencanaan
a.       Menentukan Jenis Mata Pelajaran dan Jenis Keterampilan yang Dipadukan
Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal ini. Seperti diberikan oleh Fogarty (dalam Trianto, 2010:64), untuk jenis mata pelajaran social dan bahasa dipadukan keterampilan berpikir (thinkhing skill) dengan keterampilan social (social skill). Sedangkan untuk mata pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan keterampilan berpikir (thinking skill) dan keterampilan mengorganisir (organizing skill).
b.      Memilih Kajian Materi, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator
Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan dari masing-masing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.
c.       Menentukan Sub Keterampilan yang Dipadukan
Secara umum keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai meliputi keterampilan berpikir (thinking skills), keterampilan social (social skilsl), dan keteampilan mengorganisasi (organizer skills), yang masing-masing terdiri atas sub-sub keterampilan.
d.      Merumuskan Indikator Hasil Belajar
Berdasarkan kompetensi dasar dan subketerampilan yang telah dipilih dirumuskan indicator. Setiap indicator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan yang meliputi: audience, behavior, condition, dan degree.
e.       Menentukan Langkah-Langkah Pembelajaran
Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan setiap subketerampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.
2.      Tahap Pelaksanaan
Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi: pertama, guru hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran memungkinkan siswa menjadi pebelajar mandiri; kedua , pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok; dan ketiga, guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan Depdikna (dalam Trianto, 2010:65)
Tahap pelaksanaan pembelajaran mengikuti scenario langkah-langkah pembelajaran. Menurut Muchlas (dalam Trianto, 2010:66), tidak ada model pembelajaran tunggal yang cocok untuk suatu topic dalam pembelajaran terpadu. Artinya, dalam satu tatap muka dipadukan beberapa model pembelajaran.
3.      Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Departemen Pendidikan Nasional (dalam Trianto, 2010:66), hendaknya memerhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.
a)      memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya.
b)      Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
Sementara itu menurut Prabowo (dalam Trianto, 2010:66), langkah-langkah (sintaks) pembelajaran terpadu secara khusus dapat dibuat tersendiri berupa langkah-langkah baru dengan ada sedikit perbedaan yakni sebagai berikut.
a. Tahap Perencanaan:
1)      Menentukan Kompetensi Dasar
2)      Menentukan Indikator dan Hasil Belajar
b.Langkah yang ditempuh guru:
1)      Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa.
2)      Menyampaikan konsep-konsep pokok yang akan dikuasai oleh siswa.
3)      Menyampaikan keterampilan proses yang akan dikembangkan.
4)      Menyampaikan alat dan bahan yang dibutuhkan.
5)      Menyampaikan pertanyaan kunci.
c. Tahap Pelaksanaan:
1)      Pengelolaan kelas, dimana kelas dibagi dalam beberapa kelompok.
2)      Kegiatan proses
3)      Kegiatan pencatatan data
4)      Diskusi
d.Evaluasi:
1)      Evaluasi proses
(a)   Ketepatan hasil pengamatan
(b)   Ketepatan penyusunan alat dan bahan
(c)   Ketepatan menganalisis data
2)      Evaluasi hasil
- penguasaan konsep-konsep sesuai indicator yang telah ditetapkan
3)      Evaluasi psikomotor
- penguasaan penggunaan alat ukur.
Di depan telah disebutkan, bahwa sitaks model pembelajaran berbeda dengn model pembelajaran pada umumnya, sintaks (langkah-langkah) pembelajaran terpadu lebih fleksibel karen dapat di adopsi dari berbagai model pembelajaran seperti model pembelajaran langsung (direct instuction), model pembelajaran koopertif (coopertive learning), dan model pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction), ataupun kombinasi di antara model-model pembelajaran yang ada.




DAFTAR PUSTAKA

Ischak.Dkk.2001.Pendidikan IPS di SD.Jakarta:Universitas Terbuka.


Nurcahyo, Abraham,Dkk.2010.Konsep dan Pengembangan IPS SD.Magetan: Swastika Press.


Sardjiyo,dkk.2009.Pendidikan IPS di SD.Jakarta:Universitas Terbuka.


Trianto.2010.Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta:Bumi Aksara.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar