PEMBELAJARAN IPS TERPADU
A.
Konsep Dasar
Pembelajaran
terpadu merupakan suatu model pembelajran yang memadukan beberapa pokok
bahasan. Salah satu diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok
bahasan atau bidang studi, Depdikbud (dalam Nurcahyo, Abraham.2010:86),
sehingga dapat disebut sebagai pengajaran lintas bidang studi, Maryanto (dalam
Nurcahyo, Abraham.2010:86).
Secara
umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan kemampuan
siswa secara optimal, sehingga dibutuhkan peran aktif siswa dalam pembelajaran.
Melalui pembelajaran terpadu, siswa dapat pengalaman langsung dalam proses
belajarnya, sehingga kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang
dipelajarinya.
Pembelajaran
tepadu juga suatu model pembelajaran yang dapt dikatakan sebagai pendekatan
pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi utnuk memberikan pengalaman
yang memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung
dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah meraka paham.
Tim
pengembang PGSD (dalam Nurcahyo, Abraham.2010:87) mendefinisikan pembelajaran
terpadu adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberpa bidang
studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pada dasarnya
pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan
siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan
konsep serta prisnsip keilmuan secara hilistik,bermakna dan otentik.
Berdasarakan
uraian diatas, maka pembelajaran terpadu dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dari suatu
tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami
gejala-gejala dan konsep lain baik berasal dari bidang studi yang bersangkutan
ataupun lainnya.
2. Suatu pendekatan
pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia
nyata disekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3. Suatu cara untuk
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan anak secara simultan.
4. Menggabungkan sebuah
konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan
belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Menurut
Atkinson pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu strategi
pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk
menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi
anak(Nurcahyo, Abraham.2010:87).
Pembelajaran
terpadu didasarkan pada pendekaatan inkuiri, yaitu melibatkan siswa mulai dari
meencanakan, mengeksplorasi dan menggali gagasan dari siswa. Dengan pendekaatan
terpadu , siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari
hasil pengalamannya sendiri. Siswa dapat diajak berpatisipasi aktif dalam
mengekplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan materi lebih dari
satu bidang studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran
terpadu memperhatikan kebutuhan siswa sesuai dengan perkembangannya dengan
melibatkan secara aktif dalam pembelajaran, baik fisik maupun emosional.
Aktivitas yang di berikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan
konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna dan otentik, sehingga
siswa dapat menerapkan hasil belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang
nyata di dalam kehidupan sehari-hari.
Bredekamp
(dalam Nurcahyo, Abraham.2010:87), mengemukakan bahwa dalam pembelajaran, orang
dewasa hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta
menawarkan pilihan bagi siswa sehingga dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok
kecil maupunb mandiri. Siswa diberi kesempatan untuk berinisiatif, melakukan
ketrampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya.
Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk
mengeksplorasi objek, topik atau tema-tema yang berupa kejadia-kejadian, fakta
dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar
kurikulum dapat bermakna bagi siswa. Bahan ajar tidak digunakan secara
terpisah-pisah, melainkan merupakan suatu kesatuan yang utuh dan cara belajar
yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.
Pembelajaran
terpadu merupakan paket pengajaran yang menghubungkan berbagai konsep dari
beberapa disiplin ilmu. Metode pembelajaran terpadu beriontasi pada kreativas
siswa, pengetahuan awal siswa sangat membantu dalam memahami konsep dan
keberhasilan belajar. Siswa akan memahami konsep-konsep yang akan meraka
pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubugkannya dengan konsep lain
yang sudah mereka pahami. Pelaksanaan pendekatan pembelajaran terpadu bertolak
dari suatu topik atau teman yang dipilih da dikembangkan bersama oleh guru dan
siswa. Konsep-konsep dari mata pelajaran terkait dijadikan sebagai alat dan
wahana untuk mempelajari materi tertentu.
B.
Prinsip Dasar Pembelajaran Terpadu
Menurut Ujang Sukandi, dkk. (dalam Trianto,
2010:57), pembelajaran terpadu memiliki satu tema actual, dekat dengan dunia
siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat
pemersatu materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran.
Pengajaran terpadu perlu memilih materi beberapa
mata pelajaran yang mungkin dan saling terkait. Dengan demikian, materi-materi
yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada
materi pengayaan dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam
kurikulum. Tetapi ingat, penyajian materi pengayaan seperti itu perlu dibatasi
dengan mengacu pada tujuan pembelajaran.
Pengajaran terpadu
tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum berlaku, tetapi sebaliknya
pembelajaran terpadu harus mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang
termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan
dalam satu tema perlu mempertimbangkan karekteristik siswa, seperti minat,
kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. Materi pelajaran yang dipadukan
tidak perlu terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan
tidak usah dipadukan.
Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran terpadu
dapat diklasifikasikan menjadi:.
a.
Prinsip Penggalian Tema
Prinsip penggalian merupakan prinsip utama (focus) dalam pembelajaran terpadu.
Artinya, tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi
target utama dalam pembelajaran. Dengan demikian, dalam penggalian tema
tersebut hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan.
1)
Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan
mudah dapat digunakan untuik memadukan banyak mata pelajaran.
2)
Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang
dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar
selanjutnya.
3)
Tema harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan psikologis anak.
4)
Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar
minat anak.
5)
Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan
peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.
6)
Tema yang dipilih hemdaknya mempertimbangkan
kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi)
7)
Tema yang dipilih hendaknya juga
mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
b.
Prinsip Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila
guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya, guru harus
mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses
pembelajaran. Karena itu, menurut Prabowo (dalam Trianto, 2010:58), bahwa dalam
pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut.
1)
guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi
pembicaraan dalam proses belajar mengajar.
2)
Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok
harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.
3)
Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang
terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.
c.
Prinsip Evaluasi
Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam
setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak
dilakukan evaluasi. Dalam hal ini maka dalam melaksanakan evaluasi dalam
pembelajaran terpadu, maka diperlukan beberapa langkah-langkah positif antara
lain:
1)
Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
evaluasi diri (self evaluation/self
assessment) di samping bentuk evaluasi lainnya.
2)
Guru perlu mengajak para siswa untuk
mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan criteria
keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
d.
Prinsip Reaksi
Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum
tersentuh oleh guru dalam KBM. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan
dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan
pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa
serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh
dan bermakna. Pembelajaran terpadu memungkinkan hal ini dan guru hendaknya
menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang dicapai melalui
dampak pengiring.
Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam
kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa alas an yang mendasarinya, antara lain
sebagai berikut.
a.
Dunia anak adalah dunia nyata
Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai
dengan tahap berpikir nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka tidak melihat
mata pelajaran berdiri sendiri. Mereka melihat objek atau peristiwa di dalamnya
memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran. Misalnya, saat mereka
berbelanja di pasar, mereka akan dihadapkan dengan suatu perhitungan
(Matematika), aneka ragam makanan sehat (IPA), dialog tawar-menawar ( Bahasa
Indonesia), harga yang naik-turun (IPS), dan beberapa materi pelajaran lain.
b.
Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep
dalam suatu peristiwa/objek lebih terorganisir
Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep
dalam suatu objek sangat bergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki anak
sebelumnya. Masing-masing anak selalu membangun sendiri pemahaman terhadap
konsep baru. Anak menjadi “arsitek” pembangun gagasan baru. Guru dan orang tua
hanya sebagai “fasilitator” atau mempermudah sehingga peristiwa belajar dapat
berlangsung. Anak dapat gagasan baru jika pengetahuan yang disajikan selalu
berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.
c.
Pembelajaran akan lebih bermakna
Pembelajaran akan lebih bermakana kalau
pelajaran yang sudaj dipelajari siswa dapat memanfaatkan untuk mempelajari
materi berikutnya. Pembeljaran terpadu sangat berpeluang untuk memanfaatkan
pengetahuan sebelumnya.
d.
Memberi peluang siswa untuk mengembangkan
kemampuan diri
Pengajaran terpadu memberi peluang siswa untuk
mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah
sasaran pendidikan itu meliputi sikap (jujur, teliti, tekun, terbuka terhadap
gagasan ilmiah), keterampilan (memperoleh, memanfaatkan, dan memilih informasi,
menggunakan alat, bekerja sama, dan kepemimpinan), dan ranah kognitif
(pengetahuan).
e.
Memperkuat kemampuan yang diperoleh
Kemampuan yang diperoleh dari satu mata
pelajaran akan saling memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata pelajaran
lain.
f.
Efisiensi waktu
Guru lebih dapat menghemat waktu dalam menyusun
persiapan mengajar. Tidak hanya siswa, guru pun dapat belajar lebih bermakna
terhadap konsep-konsep sulit yang akan dipelajari.
Pembelajaran terpadu dalam kenyataannya memiliki
beberapa kelebihan. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dalam Trianto,
2010:61), pembelajran terpadu memiliki kelebihan sebagai berikut.
1) Pengalaman
dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya.
2) Kegiatan
yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
3) Kegiatan
belajar bermakna bagi anak sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
4) Keterampilan
berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
5) Kegiatan
belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai lingkungan anak.
6) Keterampilan
social anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Keterampilan social
ini antara lain adalah: kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat
orang lain.
Di samping itu, pembelajaran terpadu menyajikan
beberapa keterampilan dalam suatu proses pembelajaran. Selain mempunyai sifat
luwes, pembelajaran terpadu memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan
minat dan kebutuhan anak, Depdiknas (dalam Trianto, 2010:61).
C.
Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2010:61),
pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau
cirri-ciri, yaitu: holistic, bermakna, otentik, dan aktif.
1. Holistik
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat
perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang
kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
2. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam
aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam
jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan
berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
Rujukan yang nyata dari segala konsep yang
diperoleh, dan keterkaitannya dengan konsep yang diperoleh, dan keterkaitannya
dengan konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari.
Selanjutnya hal ini akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa
mampu menerapakan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang
muncul didalamnya kehidupannya.
3. Otentik
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami
secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan
belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan
sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya
menjadi lebih otentik. Misalnya, hokum pemantulan cahaya diperoleh siswa
melalui kegiatan eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan
katalisator, sedang siswa bertindak sebagai actor pencari informasi dan
pengetahuan. Guru memberikan bimbingan kearah mana yang dilalui dan memberikan
fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa
dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional
guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat,
minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus
belajar. Dengan demikian pembelajaran terpadu bukan semata-mata merancang
aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata pelajaran yang saling terkait.
Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang disepakati
bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara
bersama melalui pengembangan tema tersebut.
D.
Model Pembelajaran Terpadu
Ada
beberapa bentuk implementasi pembelajaran terpadu. Ditinjau dari sifat materi
yang dipadukan diantaranya adalah pembelajran terpadu intra bidang studi dan
pembelajaran terpadu antar bidang studi. Pembelajaran terpadu intra bidang
studi memadukan materi-materi (pokok bahan / sub pokok bahasan, konsep/sub
konsep, keterampilan atau nilai) dalam satu bidang studi. Suatu
pembelajaran yang memadukan materi membaca, menyimak,
berbicara, dan menulis disebut pembelajaran terpadu intra bidang studi.
Misalnya pembelajaran yang mamadukan antara bidang studi IPS, Bahasa Indonesia,
IPA, dan Matematika.
Ditanjau
dari cara memadukan materinya, pembelajara terpadu dapat dilaksanakan dengan
memperhatikan secara tegas batas-batas bidang studi satu dengan yang lain. Namun
kadang-kadang batas-batas antara mata pelajaran yang satu dangan yang lainnya
batasnya sangat samar, bahkan hampir tidak tampak. Dalam prakteknya, apabila
suatu tema telah ditetapkan , maka guru bersama siswa mengkaji tema tersebut
dari sudut pandang masing-masing bidang studi. Berdasarkan tema tersebut, guru
bersama siswa menentukan unsur-unsur bidang studi yang bisa dipelajari tanpa
harus ada tumpang tindih dengan bidang studi yang lain. Apabila suatu tema
telah ditetapkan, misalnya lingkungan tersebut. Wilson dkk.,(
dalam Nurcahyo, Abraham.dkk, 2010:88), mengemukakan bahwa keterpaduan dapat dpat
dilakukan melalui keterpaduan kurikkulum dimana guru merencanakan pembelajaran
IPS untuk murid-muridnya dalam waktu bersamaan mereka juga belajar sesuatu yang
lain seperti bahasa,IPA, dan Matematika.
Pembelajaran
terpadu dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan, pemahaman siswa tentang fisik dan
lingkungan sosial mereka yang dapat mengambil bagian dimana anak-anak belajar
bersama. Mereka belajar dalam kelompok-kelompok dan dalam kelompok mereka bebas
mengeluarkan argumentasinya.
Forgaty
(dalam Nurcahyo, Abraham.dkk, 2010:89-90) mengemukakan 10 model
keterpaduan sebagai berikut :
1.
Model
Fragmented
Model ini adlah pembelajaran yang dilaksanakan
secara terpisah, yaitu hanya terfokus pada satu disiplin mata pelajaran,
misalnya mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa dan sebagainnya yang
diajarkan secara terpisah.
2.
Model
Terhubung (connected)
Model keterhubungan adalah model pembelajaran
terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu topik dengan
yang lain dalam satu bidang studi. Misalnya menghubungkan konsep dengan konsep ,emulis dalam mata pelajaran bahasa
indonesia.
3.
Model
Nested
Pembelajaran terpadu model nested adlah suatu
model pembelajaran terpadu yang kaya dengan rancangan oleh kemampuan guru.
4.
Model
Sequenced
Sequenced adalah model pembelajaran terpadu
dimana saat guru mengajarkan suatu mata pelajaran maka ia dpaat menyusun kembali urutan topik suatu mata
pelajaran dan dimasukannya topik mata pelajaran lain ke dalam urutan pengajarannya
itu, tentu saja dalam topik yang sama atau relevan. Pada intinya satu mata
pelajaran membawa serta pelajaran lain dan sebaliknya.
5.
Model
Shared
Shared adalah suatu model pembelajaran terpadu
dimana pengembangan disipli ilmu yang memayungi kurikulum silang. Contohnya
Matematika dsn IPA disejajarkan sebagi ilmu pengetahuan. Kesusastaraan dan
sejara digabung pada label kemanusiaan: seni, musik, meanri, dan drama dibawah
payung kesenian yang pokok: teknologi komputer dan industri rumah tangga
sebagai kesenia yang perlu dipraktikan.
6.
Model
Webed
Webed adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan
menentukan tema tertentu, misalnya transportasi. Tema bisa diteteapkan dengan
negoisasi antara guru dengan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi
sesama guru. Setelah tema disepakati, kemudian dikembangkan sub-sub temanya
dengan memperhatikan kaitan dengan bidang-bidang studi lainnya. Dari sub-sub
tema tersebut dikembangakan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa.
7.
Model
Threaded
Threaded adalah suatu model pendekatan seperti
melihat melalui teropong di mana titik pandang (fokus) dapat dimulai dari jarak
terdekat dengan mata sampai titik terjauh dari mata.
8.
Model
Integrated
Integrated adlah model pembelajaran yang
menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara
menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan
menemukan keterampilan, konsep, prinsip dan sikap saling tumpang tindih didalam
beberapa bidang studi.
9.
Model
Immersed
Model ini dimaksudkan dnegan menyaring dari
seluruh isi kurikulum dengan menggunakan suatu cara pandang tertentu. Misalnya
seseorang memadukan semua data dari berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran)
kemudian menampilkannya melalui sesuatu yang diminatinya dalam suatu ide.
10.
Model
Networked
Networked adalah model pembelajaran terpadu yang
berhubungan dari sumber luar sebagai masukan dan semuanya meningkatkan yang
baru dan meluaskan ide-ide atau mengembangkan ide-ide. Misalnya seorang arsitek
mengadaptasi teknologi untuk mendesain network engan teknik program dan
meluaskan pengetahuan dasar seperti dia telah mengerjakan secara tradisional
dengan pendisain bagian dalam ruangan.
Pembelajaran terpadu dalam IPS sering
disebut dengan pendekatan interdisipliner. Salah satu diantaranya adalah
memadukan kompotensi dasar. Melalui pembelajaran terpadu, peserta didik dapat
menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan
tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk
dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
Program pembelajaran terpadu IPS disusun
dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran
terpadu dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian
dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang
lain.
Topik/tema dapat dikembangkan dari isu,
peristiwa, dan poermasalahan yang berkembang, bisa membentuk permasalahan yang
dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau sudut pandang. Contohnya
banjir, pemukiman kumuh, pootensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial,
modernisasi, revolusi yang dibahas dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.
1. Model Integrasi
Berdasarkan Topik
Dalam
pembelajaran IPS keterpaduan dpat dilakukan berdasarkan topik yang terkait,
misalnya kegiatan ekonomi penduduk. Kegiatan ekonomi penduduk dalam contonya
yang dikembangkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS.
Kegiatan ekonomi penduduk dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi
geografis yang tercakup dalam disiplinGeografi.
Secara
sosiologis, kegiatan ekonomi penduduk dapat mempengaruhi interaksi sosial
dimasyarakat atau sebaliknya. Secara historis dari waktu ke waktu kegiatan
ekonomi penduduk selalu mengalami perubahan. Selanjutnya pengusasaan konsep tentang jenis-jenis kegiatan ekonomi
sampai pada taraf mampu menumbuhkan kreatifitas dan kemandirian dalam melakukan
tindakan ekonomi dapat dikembangkan melalui kompetensi yang berkaitan dengan
ekonomi.
2. Model intergrasi
berdasarkan potensi utama
Keterpaduan
IPS dapat dikembangkan melaui topik ysng didasaarkan pada potensi utama yang
ada diwilayah setempat; sebagai contoh, “ potensi Bali sebagai daerah tujuan
Wisata”. Dalam pembelajaran yang dikembangkan dalam kebudayaan bali dikaji dan
ditinjau dari faktor alam, historis kronologis dan kausalitas, serta pearilaku
masyarakat terhadap aturan.
Melalui
kajian potensi utama yang terdapat didaerahnya, maka peserta didik selain dpat
memahami kondisi daerahnya juga sekaligus memahami kompetensi dasar yang
terdapat pada beberapa displin yang tergabung dalam IPS.
3. Model integrasi
berdasarkan permasalahan
Model
pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya adalah berdasarkan masalah yang ada,
contohnya adalah “pemukinman Kumuh” pada pembeljaran terpadu, pemjkiman kumuh
ditinjau dari beberapa faktor sosial yang mempengaruhinya. Diantaranya adlah
faktor ekonomi, sosial dan budaya. Juga dapat dari faktor historis kronologi
dan kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap aturan/norma.
E.
Strategi Pelaksanaan Pembelajaran IPS Terpadu
1. Perencanaan
Keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran terpadu bergantung pada kesesuaian rencana yang dibuat
dengan kondisi dan potensi peserta didik (minat,bakat, kebutuhan dan
kemampuan). Untuk menyusun perencanaan pembelajaran terpadu perlu dilakukan
langkah-langkah berikut ini.
a.
Pemetaan
Kompetensi Dasar
Langkah
pertama dalam pengembangan model pembelajaran terpadu adalah melakukan pemataan
pada semua Standar Kompetensi dan Kompotensi Dasar bidang kajian IPS per kelas
yang dapat dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
secara menyeluruh dan utuh. Kegiatan yang dapat dilakukan pada pemetaan ini
antara lain dengan :
1)
Mengidentifikasi
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPS yang dapat
dipadukan dalam satu tingkat kelas kelas yang sama dan
2)
Menentukan
tema / topik pengikat antar Standar Kompotensi dan Kompitensi Dasar.
Beberapa
ketentuan dalam pemetaan Kompotensi Dasar
dalam pengembangan model pembeljaran terpadu IPS adalah sebagai berikut
:
1)
Mengidentifikasikan
beberapa Kompotensi Dasar dalam bernagai Standar Kompotensi yang memiliki
potensi untuk dipadukan.
2)
Beberapa
Kompotensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk
dipadukan alam pembelajaran. Kompotensi Dasar yang tidak didintegrasikan
dibelajarkan/disajikan secra tersendiri.
3)
Kompotensi
Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua Standar Kompotensi yang ada mata
pelajaran IPS pada kelas yang sama, melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga
Kompotensi Dasar saja.
4)
Kompotensi
Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih bisa dipetakan dengan
topik/tema lainnya.
2. Penentuan Topik/Tema
Setelah
pemetaan Kompotensi Dasar selesai, langkah selanjutnya dilakukan penentuan
topik/tema. Topik/tema ditentukan harus relevan dengan Kompotensi Dasar yang
telah dipetakan. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPS pada satu
tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada pembelajaran IPS
terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut :
a)
Topik,
dalam pembelajaran IPS terpadu, merupakan perekat antar Kompotensi Dasar yang
terdapat dalam satu rumpun mata pelajaran IPS.
b)
Topik
yang ditentukan selain relevan dengan Kompotensi-Kompotensi Dasar yang terdapat
dalam satu tngkatan kelas,juga sebaiknyya relevan dengan pengalaman pribadi
peserta didik, dalam arti sesuai dengan lingkungan setempat. Hal ini agar
pembelajaran yang dilakukan apat lebih bermakna bagi peserta didik. Misalnya
untuk kelas VII disajikan dua contoh topik/tema yaitu kegiatan ekonomi penduduk
dan bali sebagai tujuan wisata.
c)
Dalam
menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi
prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar Kompotensi
Dasar pada satu rumpunyang telah dipetakan. Contoh ya, pemberlakuan otonomi
daerah, pertumbuhan industri, pemilihan kepala daerah secara langsung, pasca
gempa bumi dan tsunami, penyakit folio, penyakit busung lapar, gempa bumi di yogyakarta,
maslah semburan lumpur di sidoarjo.
3. Pejabaran Kompotensi
Dasar ke dalam Indikator
Setelah
melakuakan langkah pemetaan Kompotensi Dasar dan penentuan Topik/Tema sebagai
pengikat keterpaduan, maka kompotensi-kompotensi Dasar tersebut dijabarkan kedalam
indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk penyusunan
silabus.
4.
Penyusunan
Silabus
Hasil
seluruh proses yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya dijadikan
sebagai dasar dalam penyusunan silabus pembelajaran tearpadu. Komponen
penyusunan silabus terdiri dari Standar Kompotensi IPS (
Sosiologi,Sejarah,Geografi dan Ekonomi), Kompotensi Dasar, Indikator,
Pengalaman belajar,alokasi waktu dan penilaian.
5. Penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
Setelah
teridentifikasi peta kompotensi dasar dan topik yang terpadu, selanjutnya adlah
menyusun desain/rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pembelajaran IPS
terpadu, sesuai dengan Standar isi, Keterpaduan terletak pada strategi
pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompotensi dan Kompotensi Dasar telah
ditentukan dalam standar isi.
Rencana
pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman belajar
peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu.
Komponennya terdiri atas identitas mata pelajaran, kompotensi dasar yang hendak
dicapai, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat media yang
digunakan, penilaian, dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang digunakan.
F.
Langkah-Langkah
Pembelajaran IPS Terpadu
Pada dasarnya langkah-langkah (sintak) pembelajaran
terpadu mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang
meliputi tiga tahap yaitu perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi,
Prabowo (dalam Trianto, 2010:63).
1. Tahap Perencanaan
a. Menentukan Jenis Mata
Pelajaran dan Jenis Keterampilan yang Dipadukan
Karakteristik
mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal ini. Seperti diberikan oleh
Fogarty (dalam Trianto, 2010:64), untuk jenis mata
pelajaran social dan bahasa dipadukan keterampilan berpikir (thinkhing skill) dengan keterampilan
social (social skill). Sedangkan
untuk mata pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan keterampilan berpikir
(thinking skill) dan keterampilan
mengorganisir (organizing skill).
b. Memilih Kajian Materi,
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator
Langkah
ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan dari masing-masing
keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.
c. Menentukan Sub
Keterampilan yang Dipadukan
Secara umum keterampilan-keterampilan yang harus
dikuasai meliputi keterampilan berpikir (thinking
skills), keterampilan social (social
skilsl), dan keteampilan mengorganisasi (organizer skills), yang masing-masing terdiri atas sub-sub
keterampilan.
d. Merumuskan Indikator
Hasil Belajar
Berdasarkan
kompetensi dasar dan subketerampilan yang telah dipilih dirumuskan indicator.
Setiap indicator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan yang meliputi: audience, behavior, condition, dan degree.
e. Menentukan
Langkah-Langkah Pembelajaran
Langkah
ini diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan setiap
subketerampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu,
meliputi: pertama, guru hendaknya tidak
menjadi single actor yang mendominasi
dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran
memungkinkan siswa menjadi pebelajar mandiri; kedua , pemberian
tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerja sama kelompok; dan ketiga,
guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam proses perencanaan Depdikna (dalam Trianto,
2010:65)
Tahap pelaksanaan
pembelajaran mengikuti scenario langkah-langkah pembelajaran. Menurut Muchlas (dalam
Trianto, 2010:66),
tidak ada model pembelajaran tunggal yang cocok untuk suatu topic dalam
pembelajaran terpadu. Artinya, dalam satu tatap muka dipadukan beberapa model
pembelajaran.
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan
evaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Departemen Pendidikan
Nasional (dalam Trianto, 2010:66), hendaknya
memerhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.
a) memberi kesempatan
kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya.
b) Guru perlu mengajak para
siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan
criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
Sementara
itu menurut Prabowo (dalam Trianto, 2010:66), langkah-langkah
(sintaks) pembelajaran terpadu secara khusus dapat dibuat tersendiri berupa
langkah-langkah baru dengan ada sedikit perbedaan yakni sebagai berikut.
a. Tahap Perencanaan:
1) Menentukan Kompetensi
Dasar
2) Menentukan Indikator dan
Hasil Belajar
b.Langkah yang ditempuh
guru:
1) Menyampaikan konsep
pendukung yang harus dikuasai siswa.
2) Menyampaikan
konsep-konsep pokok yang akan dikuasai oleh siswa.
3) Menyampaikan
keterampilan proses yang akan dikembangkan.
4) Menyampaikan alat dan
bahan yang dibutuhkan.
5) Menyampaikan pertanyaan
kunci.
c. Tahap Pelaksanaan:
1) Pengelolaan kelas,
dimana kelas dibagi dalam beberapa kelompok.
2) Kegiatan proses
3) Kegiatan pencatatan data
4) Diskusi
d.Evaluasi:
1) Evaluasi proses
(a) Ketepatan hasil
pengamatan
(b) Ketepatan penyusunan
alat dan bahan
(c) Ketepatan menganalisis
data
2) Evaluasi hasil
-
penguasaan konsep-konsep sesuai indicator yang telah ditetapkan
3) Evaluasi psikomotor
-
penguasaan penggunaan alat ukur.
Di
depan telah disebutkan, bahwa sitaks model pembelajaran berbeda dengn model
pembelajaran pada umumnya, sintaks (langkah-langkah) pembelajaran terpadu lebih
fleksibel karen dapat di adopsi dari berbagai model pembelajaran seperti model
pembelajaran langsung (direct instuction), model pembelajaran koopertif
(coopertive learning), dan model pembelajaran berbasis masalah (problem
based instruction), ataupun kombinasi di antara model-model pembelajaran
yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Ischak.Dkk.2001.Pendidikan
IPS di SD.Jakarta:Universitas Terbuka.
Nurcahyo, Abraham,Dkk.2010.Konsep dan Pengembangan IPS SD.Magetan:
Swastika Press.
Sardjiyo,dkk.2009.Pendidikan IPS di SD.Jakarta:Universitas
Terbuka.
Trianto.2010.Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta:Bumi
Aksara.
http://makalahkumakalahmu.net/2008/10/29/model-model-pembelajaran-ips-terpadu/
(diakses pada 11/04/2012 pukul 14.30 WIB)
http://mahasiswibaru.blogspot.com/2009/12/model-pembelajaran-terpadu-ips.html
(diakses pada 11/04/2012 pukul 14.35 WIB)
http://www.studentmagz.com/2011/03/model-pembelajaran-ips-sd.html
(diakses pada 11/04/2012 pukul 14.37 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar